HAI, apa kabarmu?
Semoga kabarmu baik karena anugerah kesehatan. Sebulan terakhir, kita merasakan kelegaan yang cukup besar karena sejumlah aktivitas yang semula dibatasi dilonggarkan.
Pelonggaran dan kemungkinan melakukan sejumlah aktivitas ini semoga berkontribusi baik bagi kesehatan kita. Tidak hanya kesehatan raga, tetapi kesehatan pikiran serta kesehatan jiwa kita.
Berkat disiplin kita pada prokes dan makin banyaknya vaksinasi diberikan, kita bisa bersama-sama mengendalikan pandemi Covid-19.
Prokes yang semula adalah cara kita menyingkat protokol kesehatan, sudah diserap dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) karena seringnya kita menggunakan dan meneriakkan.
Bersamaan dengan prokes, KBBI juga menyerap kata bucin, gabut, dan pinjol. Seperti bahasa yang terus berkembang merespons zaman, semoga kita pun demikian.
Soal respons, minggu lalu ada dua kejadian yang berurutan dengan subyek sama: Pertamina.
Amat jarang Presiden Joko Widodo marah. Amat jarang Presiden Joko Widodo terlihat marah. Amat jarang Presiden Joko Widodo menceritakan bahwa dirinya marah.
Nah, amat jarangnya itu disampaikan Presiden Jokowi saat memberi pengarahan pada komisaris dan direksi Pertamina dan PT PLN (Persero), Sabtu (20/11/2021).
Dalam pengarahan itu, hadir Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang temperamental, gemar marah, dan Dirut Pertamina Nicke Widyawati.
Di depan dua pejabat dan semua komisaris serta direksi Pertamina, Presiden Jokowi menuturkan pernah membentak Dirut Pertamina karena lambat mengeksekusi proyek kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI).
Nilai investasi TPPI adalah 3,8 miliar dollar AS dengan perencanaan yang dibuat sebelum 2014 untuk mengurangi impor petrokimia dan produk turuanannya.
Bentakan sebagai ungkapan kemarahan disampaikan Jokowi karena mendapti alasan yang persis sama seperti tahun-tahun sebelumnya dari dirut-dirut sebelumnya.
Presiden ingin ngebut segera, pejabat di bawahnya tampak seperti berleha-leha saja.