Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wisnu Nugroho
Pemimpin Redaksi Kompas.com

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Perlawanan Penyalin Cahaya di Bawah Langit Raksasa

Kompas.com - 16/11/2021, 09:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

HAI, apa kabarmu?

Semoga kabarmu baik karena kesehatan dan hidup yang berangsur-angsur kembali normal.

Di beberapa tempat, berangsur-angsur normalnya kehidupan setelah nyaris dua tahun kita didera pandemi karena Covid-19 tampak meletup-letup.

Letupan-letupan itu saya jumpai di tempat-tempat layanan umum seperti perbankan, tempat wisata baik di Bali dan di Yogyakarta, pusat keramaian dan hiburan seperti mal dan bioskop di hampir semua kota.

Tentu saja ini menggembirakan. Dengan tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan, aktivitas yang menggerakkan ekonomi bisa dilakukan tanpa risiko besar adanya penularan kasus baru yang signifikan.

Menengok apa yang telah kita lalui, 396 kasus pada 15 November 2021 adalah angka yang jauh dari kasus rata-rata kita nyaris sepanjang tahun dengan dua puncak terjadi pada Januari dan Juli 2021.

Pada 30 Januari 2021 misalnya, kita pernah menghadapi kasus penularan dalam sehari mencapai 14.518 kasus. Pada 15 Juli 2021, kasus penularan dalam sehari mencapai 56.759 kasus.

Kita kerap menandai dua puncak itu sebagai gelombang pertama dan gelombang kedua.

Penampakan perempuan Bali di Ubud, Bali.SHUTTERSTOCK/CHERYL RAMALHO Penampakan perempuan Bali di Ubud, Bali.
Bersamaan dengan makin sadarnya kita akan protokol kesehatan dan masifnya penerimaan vaksin, kasus penularan bisa dikendalikan dan dampak mematikan penularan bisa diminimalkan.

Minggu (14/11/2021), 84,1 juta warga atau 40,4 persen populasi masyarakat Indonesia telah mendapatkan vaksin Covid-19 dosis ke-2 atau lengkap.

Capaian yang menggembirakan karena lebih awal melampaui target Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Angka minimal vaksin kepada 40 persen pupulasi adalah target WHO untuk setiap negara di akhir 2021. Target WHO berikutnya adalah 70 persen populasi dunia pada pertengahan 2022.

Semoga kita semua ikut berkontribusi baik untuk tercapainya target-target baik yang berdampak baik ini.

Contoh dampak baik dari kontribusi baik kita bersama mematuhi protokol kesehatan dan menerima vaksin adalah berangsur-angsur normalnya kegiatan harian kita.

Minggu lalu, bersamaan dengan Hari Pahlawan 10 November dan penetapan Usmar Ismail sebagai pahlawan nasional, perhelatan puncak perfilman Indonesia bisa digelar secara langsung dan meriah.

Presiden Joko Widodo dan sejumlah menteri hadir di ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2021 sebagai tanda dukungan akan bangkitnya industri hiburan yang sangat terdampak karena pandemi.

Aktris Ruth Marini menjalani syuting film Penyalin Cahaya.Dok. Rekata Studio Aktris Ruth Marini menjalani syuting film Penyalin Cahaya.
Di perhelatan itu, "Penyalin Cahaya" yang disutradarai Wregas Bhanuteja dan diproduseri Adi Ekatama, Willawati, dan Ajish Dibyo ini meraih 12 Piala Citra di FFI 20021.

Sebuah debut anak-anak muda di dunia perfilman yang sangat menggembirakan sekaligus menekan untuk generasinya dan untuk karya-karya berikutnya. 

Jika dirasakan, semoga tekanan karena kemenangan ini memantik energi lebih besar untuk berkarya lebih baik lagi karena kemungkinan dan peluang masih terbuka lebar.

Untuk yang penasaran dan ingin menyaksikan "Penyalin Cahaya" dan sejauh apa para sineas muda bisa berkarya, harap sedikit bersabar.

Film yang menceritakan perjuangan penyintas kekerasan seksual ini akan tayang eksklusif secara global di Netfix mulai 13 Januari 2022.

Saya beruntung dapat kesempatan pertama untuk menyaksikan film panjang sebelum perhelatan FFI 2021. Di akhir film, saya menarik nafas panjang karena kagum untuk banyak hal.

Di FFI 2021, kekaguman akan banyak hal itu mendapat pengakuan dalam wujud Piala Citra untuk penata busana, pemeran pendukung pria, penyunting gambar, penata musik, pencipta lagu tema, penata suara, pengarah artistik, pengarah sinematografi, penulis skenario asli, pemeran pria, dan sutradara.

Melengkapi capaian itu menjadi 12 Piala Citra, "Penyalin Cahaya" dinobatkan sebagai Film Cerita Panjang Terbaik di FFI 2021.

Sutradara Wregas Bhanuteja dan aktris Shenina Cinnamon di depan penonton World Premiere Penyalin Cahaya di Busan International Film Festival (BIFF) 2021. DOK. BIFF Sutradara Wregas Bhanuteja dan aktris Shenina Cinnamon di depan penonton World Premiere Penyalin Cahaya di Busan International Film Festival (BIFF) 2021.
Di luar cerita yang diangkat dari kegelisahan mereka yang terlibat mewujudkan film yang telah tayang di Busan Internasional Film Festival 2021, film ini adalah contoh bagaimana keterbatasan bisa memunculkan kreativitas.

Sebagai orang yang 20 tahun hidup dan bekerja di Palmerah (Jakarta) dan sekitarnya, "Penyalin Cahaya" sukses membukakan mata saya setidaknya akan potensi kawasan ini.

Terkuaknya potensi ini terjadi karena ada keterbatasan dan pembatasan karena pandemi. Pandemi meminta kita melihat ke dalam, menyapa yang paling dekat, dan mengeksplorasi yang mungkin di tengah pembatasan dan keterbatasan.

Silau kita akan hal-hal di luar, akan hal-hal yang jauh, akan hal-hal yang memberi kita kebebasan dan ilusi atasnya dikoreksi agar memperlakukannya sewajarnya saja.

Secara tema, "Penyalin Cahaya" juga mengangkat fenomena yang sangat dekat. Karena sangat dekat, fenomena ini kerap tidak dilihat atau terlihat. 

Fenomena itu adalah kekerasan seksual. Pandemi yang membuat kita tercekat, memungkinkan kita melihat fenomena yang dekat ini dengan cermat dan teliti.

Film Penyalin Cahaya dari sutradara Wregas Bhanuteja akan ditayangkan di Netflix pada 13 Januari 2022. Film ini berhasil meraih 12 piala di Festival Film Indonesia 2021.Twitter @NetflixID Film Penyalin Cahaya dari sutradara Wregas Bhanuteja akan ditayangkan di Netflix pada 13 Januari 2022. Film ini berhasil meraih 12 piala di Festival Film Indonesia 2021.
Untuk kecermatan dan ketelitian mengangkat tema ini, saya terbantu dengan lagu tema "Di Bawah Langit Raksasa" yang diciptakan Mian Tiara dan dinyanyikan bersama Shenina Cinnamon (pemeran utama perempuan) dan Dea Panendra.

Lagu ini berhasil menyingkap suasana dan meledakkan beragam emosi. Adegan yang tidak serta merta bisa segera dipahami, dijalin jadi kesatuan yang punya pesan kemudian karena lagu tema ini. 

Mian Tiara mengemukakan, keresahan yang mengantarnya meraih Piala Citra FFI 2021. Keresahan untuk hal-hal yang tidak semestinya terjadi, tetapi dibiarkan yaitu kekerasan seksual.

"Di Bawah Langit Raksasa" yang jadi lagu tema "Penyalin Cahaya" hendak mengatakan, para korban kekerasan seksual tidak sendiri.

Saatnya berani bersuara, melantangkan, dan menggandakannya meskipun kita berada di bawah langit raksasa.

Saat semua kekuatan yang kita harapkan diam saja, mesin fotokopi bisa sangat berguna.

Sebagai penyalin cahaya. Sebagai pengganda perlawanan dan harapan kita.

Salam cahaya,

Wisnu Nugroho 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com