Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wisnu Nugroho
Pemimpin Redaksi Kompas.com

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Renungan Keluarga Sembilan Komika Hahaha Corp dan Kisah Ibu Trimah

Kompas.com - 09/11/2021, 09:18 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

HAI, apa kabarmu?

Semoga kabarmu baik ya. Banyak hal yang kita rindukan nyaris dua tahun terakhir, kini kita dapati. 

Ada perasaan gembira. Lega. Penuh syukur karena harapan menjadi nyata. Namun, ada perasaan lain yang membuat perasaan jadi campur aduk juga.

Menghadapi macet di jalan-jalan karena mulai normalnya aktivitas warga misalnya. Tidak hanya di kota-kota besar seperti Jakarta, kemacetan juga kita jumpai kota atau bahkan desa yang tumbuh ekonominya karena pariwisata.

Hal yang kita rindukan selama nyaris dua tahun karena pandemi mewujud. Pada saat bersamaan kita seperti tidak ingin kerinduan itu hadir juga. Campur aduk rasanya.

Karena masih dalam suasana syukur atas mewujudnya harapan, level penerimaan atau toleransi kita atas macet di jalan-jalan masih tinggi.

Nyaris dua tahun kita tidak mendapati macet seperti ini. Ya, sudahlah, mari dinikmati. Bukankah ini jawaban atas doa dan harapan kita selama ini?

Tidak hanya hari kerja, Sabtu-Minggu kemacetan juga kita jumpai. Sabtu (6/11/2021) lalu misalnya. Perjalanan ke Kemang, Jakarta Selatan dari Tangerang tersendat di banyak titik.

Perjalanan ketika pandemi bisa ditempuh 30 menit, kini butuh waktu 2 jam. Kawasan Kemang menggeliat dan beraktivitas penuh layaknya sebelum pandemi.

Juga perjalanan dari Tangerang ke kawasan Pasar Baru, Jakarta. Kemacetannya justru seperti bertambah dibandingkan saat sebelum pandemi.

Karena situasi masih pandemi, transportasi publik belum jadi pilihan untuk bepergian dari satu titik ke titik lainnya.

Ilustrasi : Penumpang duduk di kereta MRT tujuan Bundaran HI, Jakarta Pusat, Rabu (27/5/2020).KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Ilustrasi : Penumpang duduk di kereta MRT tujuan Bundaran HI, Jakarta Pusat, Rabu (27/5/2020).
Ini mungkin salah satu sebabnya, selain kegembiraan menyambut pelonggaran di hampir semua aktivitas memang sedang meluap-luap.

Kegembiraan meluap-luap juga yang mengantar saya ke kawasan Pasar Baru, tepatnya Gedung Kesenian Jakarta.

Di Gedung Kesenian Jakarta yang dibangun tahun 1821, saya diundang Soleh Solihun untuk menyaksikan pentas pertamanya sebagai komika sejak pandemi bersama sembilan komika di Hahaha Corp.

Panggung bertajuk Jakarta Zona Meriah yang didukung Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta ini menjadi tanda. Tanda beralihnya Jakarta yang merah karena pandemi menjadi Jakarta yang meriah karena kita bisa bersama-sama mengendalikan pandemi. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com