Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] WHO Akui Covid-19 Sama dengan Flu Biasa dan 500.000 Orang di AS Tewas karena Vaksin

Kompas.com - 23/10/2021, 20:56 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

hoaks

hoaks!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.

KOMPAS.com - Beredar informasi di media sosial Facebook yang menyebutkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui Covid-19 sama seperti penyakit flu biasa.

Informasi itu juga mengeklaim 500.000 orang di Amerika Serikat meninggal dunia karena menerima vaksin Covid-19.

Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, informasi tersebut adalah hoaks.

Narasi yang beredar

Informasi yang menyebutkan WHO mengakui Covid-19 sama seperti penyakit flu biasa dan 500.000 orang di AS meninggal dunia karena divaksin dibagikan akun Facebook ini, ini, dan ini.

Berikut narasi yang dibagikan:

"INNALILLAHI....!! WHO MENGAKUI VIRUS COVID SAMA SEPERTI FLU BIASA, 500.000 ORANG AMERIKA MATI KARENA DIVAKSIN"

Tangkapan layar hoaks WHO mengakui Covid-19 sama seperti flu biasaScreenshot Tangkapan layar hoaks WHO mengakui Covid-19 sama seperti flu biasa
Narasi itu juga menyertakan tautan menuju sebuah video berisi pernyataan dari seorang pengacara bernama Reiner Fuellmich.

Dalam video tersebut, Reiner Fuellmich mengeklaim bahwa 500.000 orang tewas di AS karena eksperimen vaksin Covid-19.

Tangkapan layar hoaks vaksin sebabkan 500.000 orang mati di Amerika SerikatScreenshot Tangkapan layar hoaks vaksin sebabkan 500.000 orang mati di Amerika Serikat

Penelusuran Kompas.com

Tim Cek Fakta Kompas.com melakukan penelusuran digital untuk memverifikasi kebenaran klaim-klaim yang disebutkan dalam narasi yang beredar di Facebook.

1. WHO mengakui Covid-19 sama seperti flu biasa

Dari hasil penelusuran di mesin pencari, tidak ditemukan artikel atau pernyataan resmi dari WHO yang menyatakan lembaga itu mengakui Covid-19 sama seperti flu biasa.

Mengutip laman resmi WHO, Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus corona baru yang disebut SARS-CoV-2.

WHO pertama kali mengetahui virus baru ini pada 31 Desember 2019, menyusul laporan sekelompok kasus 'virus pneumonia' di Wuhan, Republik Rakyat China.

Melansir Mayo Clinic, flu biasa dan Covid-19 sama-sama disebabkan oleh virus.

Akan tetapi, keduanya memiliki perbedaan, yaitu Covid-19 disebabkan oleh virus corona baru SARS-CoV-2, sedangkan flu biasa umumnya disebabkan oleh rhinovirus.

Gejala Covid-19 umumnya muncul dua hingga 14 hari setelah terpapar SARS-CoV-2, sedangkan gejala flu biasa muncul satu hingga tiga hari setelah terpapar virus penyebab pilek.

Tidak seperti Covid-19, flu biasa secara umum tidak berbahaya. Kebanyakan orang sembuh dari flu biasa dalam tiga sampai 10 hari, meskipun beberapa pilek dapat berlangsung selama dua atau tiga minggu.

2. 500.000 orang di AS tewas karena vaksinasi Covid-19

Klaim 500.000 orang di AS tewas karena divaksin diungkapkan oleh seorang pengacara bernama Reiner Fuellmich.

Dari hasil penelusuran di mesin pencari, Fuellmich diketahui merupakan sosok kontroversial yang kerap membagikan informasi menyesatkan seputar Covid-19.

Fuellmich sebelumnya pernah melontarkan sejumlah klaim, misalnya pandemi Covid-19 merupakan rekayasa dari orang-orang terkaya dunia untuk mengendalikan manusia.

Ia juga pernah melontarkan klaim bahwa pandemi Covid-19 merupakan kepalsuan yang didasarkan pada hasil tes PCR, yang sebenarnya tidak dapat mendeteksi virus.

Kedua klaim Fuellmich itu telah dibantah oleh pemeriksa fakta independen dan kredibel, seperti dalam artikel AFP Fact Check ini dan ini.

Sementara, klaim 500.000 orang di AS meninggal dunia karena divaksinasi merupakan klaim yang tidak berdasar dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Melansir data John Hopkins University and Medicine, Sabtu (23/10/2021) pukul 18.00 WIB, total kasus kematian akibat Covid-19 di AS adalah 735.378.

Angka tersebut merupakan jumlah orang yang meninggal dunia karena terinfeksi virus corona penyebab Covid-19, bukan jumlah orang yang meninggal karena divaksin.  

Melansir US News, Jumat (22/10/2021), studi terbaru yang dipublikasikan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC) justru menunjukkan tidak ada peningkatan risiko kematian pada orang-orang yang divaksinasi Covid-19.

Studi tersebut menemnukan, orang yang divaksinasi sebenarnya memiliki tingkat kematian non Covid-19 yang lebih rendah daripada orang yang tidak divaksinasi.

Kesimpulan itu diperoleh setelah mempertimbangkan faktor-faktor lain, seperti usia.

Para peneliti melihat data dari sekitar 11 juta orang yang terdaftar di situs pelacakan keamanan vaksin dari Desember 2020 hingga Juli 2021.

Mereka menemukan, tidak ada peningkatan risiko kematian pada penerima vaksin Covid-19.

"Temuan ini memperkuat profil keamanan vaksin COVID-19 yang saat ini disetujui di Amerika Serikat," demikian kesimpulan studi tersebut.

Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, klaim yang menyebutkan WHO mengakui Covid-19 sama dengan flu biasa dan klaim 500.000 orang di AS meninggal duni karena vaksinasi Covid-19 adalah hoaks.

Tidak ditemukan artikel atau pernyataan resmi dari WHO yang menyatakan bahwa Covid-19 sama dengan penyakit flu biasa. WHO tidak pernah mengeluarkan pernyataan tersebut.

Kemudian, klaim 500.000 orang di AS meninggal dunia karena divaksinasi berasal dari sumber yang terbukti memiliki riwayat menyebarkan informasi palsu.

Selain itu, studi terbaru yang dipublikasikan CDC pada Jumat (22/10/2021) justru menemukan bahwa tidak ada peningkatan risiko kematian pada penerima vaksin Covid-19.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Bahaya Menahan Kentut, Bisa Keluar dari Mulut

5 Bahaya Menahan Kentut, Bisa Keluar dari Mulut

Tren
Mengenal Tinitus, Kondisi Ketika Telinga Berdenging, Apa Penyebabnya?

Mengenal Tinitus, Kondisi Ketika Telinga Berdenging, Apa Penyebabnya?

Tren
Psikiater Nutrisi Ungkap 5 Sarapan Favorit, Bantu Siapkan Otak dan Mental Seharian

Psikiater Nutrisi Ungkap 5 Sarapan Favorit, Bantu Siapkan Otak dan Mental Seharian

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 20-21 April 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 20-21 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Murni Tanpa Gula | Israel Serang Iran

[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Murni Tanpa Gula | Israel Serang Iran

Tren
Seorang Pria Ditangkap di Konsulat Iran di Perancis, Ancam Ledakkan Diri

Seorang Pria Ditangkap di Konsulat Iran di Perancis, Ancam Ledakkan Diri

Tren
Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66, Bisa Dapat Insentif Rp 600.000

Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66, Bisa Dapat Insentif Rp 600.000

Tren
Mengenal Mitos Atlantis, Kota dengan Peradaban Maju yang Hilang di Dasar Laut

Mengenal Mitos Atlantis, Kota dengan Peradaban Maju yang Hilang di Dasar Laut

Tren
Mengenal Hak Veto dan Sederet Konversinya, Terbaru Gagalkan Palestina Jadi Anggota PBB

Mengenal Hak Veto dan Sederet Konversinya, Terbaru Gagalkan Palestina Jadi Anggota PBB

Tren
Gunung Ruang Semburkan Gas SO2, Apa Dampaknya bagi Manusia, Tanaman, dan Hewan?

Gunung Ruang Semburkan Gas SO2, Apa Dampaknya bagi Manusia, Tanaman, dan Hewan?

Tren
Kim Jong Un Rilis Lagu, Lirik Sarat Pujian untuk Pemimpin Korea Utara

Kim Jong Un Rilis Lagu, Lirik Sarat Pujian untuk Pemimpin Korea Utara

Tren
Manfaat Mengonsumsi Kubis untuk Menurunkan Tekanan Darah

Manfaat Mengonsumsi Kubis untuk Menurunkan Tekanan Darah

Tren
Gunung Semeru 2 Kali Erupsi, PVMBG: Masih Berstatus Siaga

Gunung Semeru 2 Kali Erupsi, PVMBG: Masih Berstatus Siaga

Tren
Israel Serang Iran, AS Klaim Sudah Dapat Laporan tapi Tak Beri Lampu Hijau

Israel Serang Iran, AS Klaim Sudah Dapat Laporan tapi Tak Beri Lampu Hijau

Tren
Ada Indomaret di Dalam Kereta Cepat Whoosh, Jual Kopi, Nasi Goreng, dan Obat Maag

Ada Indomaret di Dalam Kereta Cepat Whoosh, Jual Kopi, Nasi Goreng, dan Obat Maag

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com