SEJAK mulai bisa membaca, wayang merupakan bagian melekat pada kehidupan saya. Pertama saya gemar menyimak serial buku komik Petruk Gareng terbitan tahun 50an abad XX yang langsung menjadi favorit saya.
Kemudian disusul serial komik mahakarya R.A Kosasih dan serial komik Wayang Purwa mahakarya Ardisoma di samping Arjuna Wiwaha yang juga mahakarya R.A. Kosasih.
Arjuna Wiwaha sangat mempengaruhi kalbu saya sehingga di masa kanak-kanak saya menggarap komik lanjutan Arjuna Wiwaha.
Lanjutan versi saya, Niwatakawaca melakukan kudeta di neraka demi kemudian memperluas Lebensraum sampai ke Swargaloka dengan mengusir para dewata sehingga terpaksa menjemput Arjuna untuk membunuh Niwatakawaca agar hidup kembali ke marcapada dan seterusnya kisah berlanjut secara tak terhingga bolak-balik dunia fana dan alam baka.
Tentu saya banyak memperoleh pelajaran pewayangan dari pergelaran wayang kulit yang sangat saya gemari sejak masa kanak-kanak meski tidak pernah berhasil bertahan semalam suntuk.
Setelah kembali ke Tanah Air Udara dari sedasawarsa berkelana di mancanegara, saya beruntung memperoleh kesempatan untuk lebih jauh berupaya mempelajari wayang dari tak kurang dari sang mahamaestro sendiri yaitu Ki Nartosabdho.
Saya juga menimba pengetahuan tentang wayang dari para ilmuwan dan seniman wayang orang Ngesti Pandowo, Sriwedari, Swargaloka dan Bharata yang sempat saya dukung mempergelar Wayang Orang dengan lakon Banjaran Gatotkaca di panggung Sydney Opera House dan UNECO, Paris.
Di samping itu, saya juga membaca saripati Mahabharata dalam bahasa Inggris dan Jerman yang ternyata di sana-sini beda dari Mahabharata versi Indonesia.
Kemudian saya sadar bahwa ternyata Ramayana terdiri dari dua versi yaitu versi India di mana Rama adalah sang tokoh baik dan versi Alengka yang kini disebut Sri Lanka di mana Rahwana adalah sang tokoh baik .
Wayang Purwa dengan episode Arjuna Sasrabahu dan Sumantri-Sukrasana merupakan kreativitas Nusantara yang menghubungkan Ramayana dengan Mahabharata.
Wayang Purwa pada bagian awal berkisah asal-usul para dewa dan dewi termasuk asal-usul Punakawan yang terdiri dari Semar, Petruk, Gareng, Bagong yang ditugaskan mendampingi Pandawa serta Togog dan Bilung yang mendampingi Kurawa.
Di dalam Wayang Purwa pula tampil para tokoh yang tidak ada di Mahabharata mau pun Ramayana seperti Wisanggeni, Antasena, Antareja, Burisrawa, Cakil.
Wisanggeni merupakan kreasi Wayang Purwa yang memiliki kesaktian apa pun yang ada di alam semesta ini sejauh kreativitas para dalang menghendaki.
Srikandi di Mahabharata banci sementara di Wayang Purwa perempuan sejati yang bahkan menikah dengan Arjuna.
Namun baik Mahabharata mau pun Wayang Purwa, Srikandi tetap merupakan tokoh yang berhasil melumpuhkan meski tidak berhasil membunuh Bisma Dewabrata yang memang hanya bisa mati atas kehendak dirinya sendiri.