KOMPAS.com - Pembongkaran sejumlah patung di Museum Angkatan Dharma Bhakti, Markas Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) Jakarta, ramai diperbincangkan publik.
Patung-patung yang dibongkar itu adalah patung mantan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal (Purn) TNI AH Nasution, mantan Panglima Kostrad Mayjen (Purn) TNI Soeharto, dan mantan Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) Kolonel Inf (Purn) Sarwo Edhie Wibowo.
Panglima Kostrad (Pangkostrad) Letjen TNI Dudung Abdurachman pun angkat bicara.
Dia mengatakan, pembongkaran patung-patung itu merupakan permintaan dari sang penggagas patung, yakni Pangkostrad ke-34 Letjen TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution.
"Saya hargai alasan pribadi Letjen TNI (Purn) AY Nasution, yang merasa berdosa membuat patung-patung tersebut menurut keyakinan agamanya. Jadi, saya tidak bisa menolak permintaan yang bersangkutan," ujar Dudung, seperti dikutip dari Kompas.com, Senin (27/9/2021).
Dudung juga membantah anggapan yang menyebut penarikan tiga patung tersebut berarti Kostrad melupakan sejarah pemberontakan G30S/PKI.
"Itu sama sekali tidak benar," kata dia.
Lantas, seperti apa Museum Dharma Bhakti Kostrad, tempat patung-patung tersebut sebelumnya berada?
Mengutip Katalog Museum Indonesia yang diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada 2018, Museum Dharma Bhakti Kostrad merupakan museum khusus yang gedungnya didirikan pada tahun 1870.
Pada awalnya gedung museum itu digunakan sebagai Kantor Komisaris Belanda.
Kemudian, setelah lahirnya Kostrad pada 6 Maret 1961, bangunan ini digunakan menjadi Kantor Mayor Jenderal (Mayjen) Soeharto yang ketika itu menjabat sebagai Pangkostrad I.
Hingga Pangkostrad XII, bangunan itu tetap berfungsi sebagai kantor. Namun, setelah itu bangunan tersebut dialihfungsikan sebagai museum.
Baca juga: Tiga Patung Penumpas G30S/PKI Dibongkar Penggagas, Pangkostrad Tidak Bisa Menolak
Gedung museum tersebut merupakan saksi bisu peristiwa Gerakan 30 September pada 1965.
Ketika itu, gedung tersebut digunakan oleh Mayjen Soeharto untuk merancang pengamanan Presiden RepubIik Indonesia I, serta menyusun rencana pencarian korban G30S.