KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu viral sebuah video di media sosial, tiga anak laki-laki sedang menyeberangi sungai styrofoam dengan seragam sekolah dasar (SD).
Video tersebut memperlihatkan tiga anak itu sedang mendayung dengan menggunakan styrofoam berbentuk kotak berwarna putih.
Mengutip Kompas.com, diketahui lokasi sungai tersebut berada di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Sumatera Selatan.
Mereka adalah siswa SDN 1 Kuala 12, Kecamatan Tulung Selapan yang ingin menyeberang sungai.
Warga yang menyaksikan video itu merasa khawatir, karena mendayung dengan hanya menggunakan styorofoam sangat berbahaya.
Lantas, bagaimana fakta sebenarnya terkait viralnya video tiga murid SD yang menyeberang sungai dengan styrofoam tersebut?
Saat dikonfirmasi, Kepala Urusan Perencanaan dan Keuangan Desa Kuala 12 Adi Perdana mengatakan, kejadian tersebut sudah biasa bagi warga asli desa tersebut.
Menurutnya, anak-anak di desa mereka memang sudah biasa memanfaatkan kotak styrofoam sebagai perahu akan pergi ke sekolah.
Baca juga: Video Viral Murid SD Menyeberang Sungai Pakai Styrofoam ke Sekolah
Biasanya sebagian murid juga diantar dan jemput oleh orangtuanya menggunakan perahu atau speed boat.
Namun, kadang anak-anak menolak diantar dan memilih melewati sungai dengan styrofoam.
"Sudah 10 tahun ini anak-anak memanfaatkan kotak itu untuk bermain di sungai. Biasanya bisa sampai 7 atau 8 orang yang bermain menggunakan kotak itu," kata Adi Perdana melalui sambungan telepon, Sabtu (25/9/2021).
Menurut Adi, saat sekolah tatap muka dimulai kembali, anak-anak kembali memanfaatkan kotak styrofoam untuk berangkat ke sekolah sebagai pengganti perahu.
"Anak-anak itu semuanya bisa berenang dengan baik. Mereka biasa berenang menyeberangi sungai yang lebarnya mencapai 120 meter," kata Adi.
Adi mengakui bahwa di desa mereka memang belum ada jembatan yang menghubungkan dua sisi sungai.
Menurut Adi, dengan lebar sungai 120 meter, tidak cukup membangun jembatan hanya dari dana desa.
"Bisa makan waktu 10 tahun kalau pakai dana desa. Selain itu, sungai tersebut merupakan jalur transportasi utama kapal yang membawa kendaraan maupun alat berat ke perusahaan-perusahaan yang ada di sana. Jadi kalau akan dibangun jembatan harus tinggi dan tentu memakan biaya mahal," kata Adi.
Baca juga: Pelepah Pinang, Alternatif Wadah Makanan Styrofoam Ramah Lingkungan
Di lain tempat, Sekretaris Daerah OKI Husin justru merasa persoalan ini terlalu dibesar-besarkan.
Namun sampai saat ini belum pernah ada pembicaraan mengenai kesulitan transportasi di desa tersebut.
"Kabupaten OKI luas wilayah mencapai 19.023 kilometer, terdiri dari daerah pesisir pantai. Bagi anak-anak yang tinggal di pesisir pantai, hal itu merupakan hal yang biasa. Walaupun ada sarana prasarana, masih ada saja anak yang melakukan hal yang sama seperti yang di viralkan," kata Husin.
Meski demikian, menurut Husin, kejadian kali ini sudah menjadi perhatian Bupati OKI Iskandar.
Bupati sudah memerintahkan jajaran di bawahnya untuk berkoordinasi dengan camat dan kepala desa.
"Sebenarnya bukan jadi permasalahan selama ini. Tapi kalau permasalahan kecil di tingkat desa ingin dibesar-besarkan, ya akan menjadi besar, tergantung dari sudut pandang kita menilainya," kata Husin.
(Sumber: Kompas.com Penulis Kontributor Ogan Komering Ilir, Amriza Nursatria | Editor Abba Gabrillin)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.