KOMPAS.com - Kepulauan Faroe tengah menjadi sorotan dunia karena tradisi perburuan lumba-lumba yang mengakibatkan ribuan mamalia laut itu menjadi korban.
Melansir CBC News, 16 September 2021, kelompok aktivis pelindung satwa belum lama ini menggunggah video yang memperlihatkan pembantaian 1.428 ekor lumba-lumba di Eysturoy.
Persitiwa itu terjadi pada 12 September 2021. Jumlah lumba-lumba yang menjadi korban perburuan itu diklaim sebagai yang terbesar dalam beberapa tahun belakangan ini.
Sea Shepherd, kelompok internasional yang berfokus pada perlindungan satwa dan ekosistem laut, menyebutkan, pembantaian lumba-lumba tersebut kemungkinan adalah yang terbesar dalam sejarah.
"Itu benar-benar sebuah bencana, bisa dibilang sangat tak terduga, itu bisa jadi merupakan perburuan lumba-lumba dalam satu waktu, yang terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah," kata Robert Read, Direktur Kampanye Sea Shepherd Conservation Society.
Baca juga: Tradisi Bunuh 1.400 Lumba-lumba Jadi Kontroversi, Ini Janji Kepulauan Faroe
On Sunday night a super-pod of 1428 Atlantic White-Sided Dolphins was driven for many hours and for around 45 km by speed boats and jet-skis into the shallow water at Skálabotnur beach in the Danish Faroe Islands, where every single one of them was killed. https://t.co/uo2fAPhCDq
— Sea Shepherd (@seashepherd) September 14, 2021
Aktivis telah lama menyuarakan bahwa tradisi perburuan lumba-lumba di Kepulauan Faroe adalah suatu bentuk kekejaman terhadap binatang.
Akan tetapi, kecaman itu tidak menyurutkan orang-orang yang tetap mempertahankan praktik tersebut dengan dalih menjaga tradisi.
Meski demikian, peristiwa yang baru-baru ini terjadi telah membuat orang-orang yang mempertahankan tradisi itu untuk melakukan pengkajian terhadap relevansinya.
"Kami harus mengakui bahwa kejadian itu tidak sesuai dengan yang kami harapkan," kata Hans Jacob Hermansen, mantan ketua asosiasi perburuan lumba-lumba Kepulauan Faroe.
"Kami akan mengevaluasi sebab-sebab kesalahan itu terjadi, apa penyebabnya dan mengapa, serta apa yang dapat kami lakukan untuk mencegah kesalahan yang sama terulang di masa depan," ujar dia.
Baca juga: Viral, Video Lumba-Lumba Berwarna Pink, Ini Penjelasan LIPI
Melansir Live Science, 16 September 2021, perburuan lumba-lumba adalah tradisi yang telah mengakar sejak lama di Kepulauan Faroe.
Tradisi ini berasal dari zaman Viking, dan dikenal dalam bahasa lokal sebagai Grindadráp.
Tradisi ini dilakukan dengan menggiring paus pilot atau spesies lumba-lumba besar lainnya ke fjord pulau dan membunuh mereka dengan tombak khusus.
Tradisi ini merupakan satu-satunya praktik perburuan paus dan lumba-lumba yang masih dilakukan di kawasan Eropa Barat.
Umumnya, lumba-lumba yang diburu kemudian disembelih dan dagingnya dibagikan untuk membantu memberi makan masyarakat.