Donasi kelompok itu dimaksudkan untuk menjamin negara-negara miskin akan mendapatkan akses vaksin pada saat yang sama dengan yang lebih kaya.
Tujuan awal Covax adalah menyediakan cukup vaksin untuk melindungi sekitar 20 persen populasi setiap negara.
Para pemimpin Covax berharap akan mencegah negara-negara berpenghasilan rendah tertinggal. Tetapi, beberapa negara kaya, terutama AS dan China, pada awalnya sempat memilih keluar dari Covax.
Seth Berkley dari CEO Gavi, mengatakan, pejabat Covax selalu tahu negara-negara kaya akan membuat beberapa kesepakatan semdiri dengan pembuat vaksin sendiri.
“Anggap saja tidak ada Covax, Anda memiliki 204 negara yang semuanya mengejar produsen yang sama dengan cara yang kompetitif, mencoba melakukan kesepakatan, saling meremehkan,” kata Barkley.
Salah satu kendala lain dalam distribusi vaksin dengan skema Covax adalah adanya penundaan di Serum Institute.
“(Itu) salah satu alasan terbesar (distribusi vaksin) terlambat dari jadwal,” kata Gian Gandhi, koordinator Covax untuk divisi pasokan UNICEF.
Covax sangat bergantung pada satu pabrikan. Hal ini karena pada musim panas 2020, Covax mencoba mengumpulkan dana dan salah satu mitranya adalah Bill & Melinda Gates Foundation.
Bersama dengan GAVI, mereka menandatangani kesepakatan dengan Serum Institute untuk memastikan bahwa 100 juta dosis vaksin akan tersedia dengan harga rendah bagi negara-negara berpenghasilan menengah selama paruh pertama tahun 2021.
Mereka kemudian memperluas perjanjian untuk mencakup 100 juta dosis tambahan.
“Gates merasa nyaman bekerja dengan Serum Institute karena mereka telah melakukan banyak jenis kesepakatan [dengan mereka] dan merasa ini adalah cara yang terjangkau untuk melanjutkan,” kata Gandhi.
Dukungan Gates Foundation memang sangat penting untuk Covax, tetapi menjadikan Serum Institute sebagai pemasok utamanya bisa menimbulkan dominasi.
“Saya tidak yakin akan ada cara lain, karena tidak ada uang lain,” kata Gandhi.
Berdasarkan laporan WHO, Rabu (8/9/2021), Covax telah mencapai kemajuan yang signifikan karena berhasil mengumpulkan lebih dari 10 miliar dollar AS dan mengirimkan 240 juta dosis telah dikirim ke 139 negara hanya dalam 6 bulan.
Namun, gambaran global akses ke vaksin Covid-19 hanya 20 persen ke negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah untuk dosis pertama.