KOMPAS.com - Hari ini, 11 September 2021, diperingati sebagai Hari Radio Nasional ke-76.
Hari Radio Nasional merupakan peringatan berdirinya stasiun radio nasional Radio Republik Indonesia (RRI) pada 11 September 1945.
Saksikan Puncak Peringatan Hari Radio Ke-76 yang menghadirkan Iwan Fals, Bulan Sutena, dan Angela July
LIVE 9.30 WIB di Youtube Channel RRI Net Officialhttps://t.co/0Q6nTvyJJi pic.twitter.com/4fJaLmp68a
— RRI Official (@RRI) September 11, 2021
Bagaimana kisah di balik Hari Radio Nasional ini?
Mengutip Kompas.id, Sabtu (11/9/2021), sejarah radio di Indonesia dimulai dengan berdirinya Bataviaasche Radio Vereeniging (BRV) atau Batavia Radio Society pada 16 Juni 1925.
BRV diperdengarkan di Hindia Belanda, tepatnya Batavia, dan menjadi cikal bakal kecanggihan teknologi komunikasi jarak jauh yang membuat terpukau masyarakat saat itu.
Kemunculan stasiun radio di Hindia Belanda hanya enam tahun setelah siaran musik pertama di dunia mengudara.
Dalam rentetan sejarah radio, BRV lahir 19 tahun kemudian setelah Reginald Aubrey Fessenden melakukan siaran radio pertama pada 24 Desember 1906.
Dapat pula dikatakan bahwa stasiun radio pertama di Indonesia hadir 29 tahun setelah cikal bakal teknologi radio ditemukan oleh Guglielmo Marconi pada 1896.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: 2 Pesawat Alami Tabrakan di Kroasia, 176 Tewas
Kompas.com, 11 September 2020, memberitakan, setelah Jepang mengambil alih Indonesia pada 1942, radio-radio siaran Jepang mulai berkumandang.
Jepang juga mengakuisisi stasion radio yang sebelumnya dimiliki oleh Belanda.
Tak hanya itu, jawatan radio swasta yang sebelumnya menjamur di era kolonial Belanda juga dibekukan dan disatukan dalam satu komando bernama Hoso Kanri Kyoku.
Pusat siaran radio itu berkedudukan di Jakarta, dan memiliki cabang bernama Hoso Kyoku yang ditempatkan di Bandung, Purwokerto, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang.
Pada era pendudukan Jepang, siaran radio memiliki fungsi utama sebagai sarana untuk mengampanyekan propaganda Jepang ke masyarakat Indonesia.
Namun, siaran Hoso Kyoku akhirnya berhenti pada 19 Agustus 1945, sebagai dampak dari bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Brianna LaHara, Anak Berusia 12 Tahun Dituntut karena Download Musik Ilegal
Saat itu, rakyat Indonesia baru saja merdeka dari penjajahan, dan belum terkonsolidasi dengan baik. Kemerdekaan yang baru saja diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 juga masih rentan.
Hal itu karena kabar dari radio-radio luar negeri yang menyebutkan bahwa Belanda akan kembali menduduki Indonesia.
Menanggapi hal tersebut, tokoh-tokoh yang pernah aktif di radio pada masa penjajahan Jepang menyadari bahwa radio merupakan alat yang diperlukan oleh pemerintah Republik Indonesia untuk berkomunikasi dengan rakyat.
Wakil-wakil dari delapan bekas radio Hosu Kyoku kemudian mengadakan pertemuan bersama pemerintah di Jakarta pada 11 September 1945.
Pada 11 September 1945 pukul 17.00, delegasi radio sudah berkumpul di bekas gedung Raad Van Indje Pejambon dan diterima sekretaris negara.
Delegasi radio yang saat itu mengikuti pertemuan adalah Abdulrahman Saleh, Adang Kadarusman, Soehardi, Soetarji Hardjolukita, Soemarmadi, Sudomomarto, Harto, dan Maladi.
Abdulrahman Saleh yang menjadi ketua delegasi menguraikan garis besar rencana pada pertemuan tersebut.
Salah satunya adalah mengusulkan kepada pemerintah untuk mendirikan stasiun radio sebagai alat komunikasi antara pemerintah dengan rakyat.
Pertemuan itu akhirnya menghasilkan kesepakatan, yakni dibentuknya Radio Republik Indonesia (RRI) yang akan meneruskan penyiaran dari delapan stasiun di Jawa.
Kemudian, delegasi radio juga menyepakati bahwa RRI dipersembahkan kepada Presiden dan Pemerintah RI sebagai alat komunikasi dengan rakyat.
Para delegasi juga meminta agar semua hubungan antara pemerintah dan RRI disalurkan melalui Abdulrahman Saleh.
Demikian, RRI resmi berdiri pada 11 September 1945 dengan ketua Abdulrahman Saleh.
Mengutip laman rri.co.id, RRI dikukuhkan sebagai satu-satunya lembaga penyiaran yang dapat berjaringan secara nasional dan dapat bekerja sama dalam siaran dengan lembaga penyiaran asing.
RRI memiliki 62 stasiun penyiaran, termasuk siaran luar negeri.
Lembaga penyiaran itu juga diperkuat dengan 16 studio produksi serta 11 perwakilan RRI di luar negeri.
RRI memiliki:
Dengan sumber daya itu, maka RRI setara dengan 205 stasiun radio.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.