Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: 2 Pesawat Alami Tabrakan di Kroasia, 176 Tewas

Kompas.com - 10/09/2021, 08:25 WIB
Retia Kartika Dewi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dua pesawat mengalami tabrakan di wilayah Zagreb, Kroasia dan menyebabkan 176 orang meninggal dunia pada 10 September 1976 atau 54 tahun lalu.

Dilansir dari The New York Times, (11/9/1976), dua pesawat bertabrakan dan jatuh dari ketinggian 10.058 meter. 

Kedua pesawat tersebut yaitu British Airways yang berangkat dari London ke Istanbul dengan 63 penumpang dan pesawat Inex Adria DC-9 asal Yugoslavia dengan 113 penumpang. 

 

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pesawat Korean Air Jatuh Ditembak Sukhoi di Laut Jepang, 269 Tewas

Kronologi kejadian

Seorang juru bicara British Airways mengatakan kecelakaan tersebut terjadi sesaat sebelum tengah hari.

Sementara itu, seorang petani yang tinggal di desa Vrbovc, sekitar 15 mil timur laut Zagreb, Marica Boadjinec juga menjadi saksi peristiwa tabrakan udara itu.

Boadjinec mengaku, ia mendengar suara bising yang luar biasa.

"Jika melihat ke atas dan (saya) melihat sebuah pesawat terbakar dan pecah, pesawat lainnya jatuh di ladang jagung sekitar 1 kilometer dari halaman saya," ujar Boadjinec.

Saksi lain mengatakan mayat dan barang bawaan menghujani area delapan mil, dengan puing-puing pesawat jatuh sekitar satu mil terpisah.

Seorang polisi, Garo Tomaevic, adalah salah satu yang pertama tiba di tempat kejadian.

Tomaevic mengungkapkan, ia melihat bagian-bagian dari pesawat Inggris, dan mayat-mayat dari penumpang serta awak pesawat tergeletak di mana-mana.

“Ada bayi yang masih memberikan tanda-tanda lemah atau kehidupan di dekat pesawat, tetapi dalam penderitaan terakhir. Bahkan jika ambulans telah tiba sebelum saya, sudah terlambat untuk menyelamatkannya,” ujar Tomaevic.

Warga sekitar yang menjadi saksi mata mengatakan, puing-puing pesawat Yugoslavia terbakar.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pesawat Sriwijaya Air Tabrak 3 Orang Petani Sayur di Jambi

 

Penyelidikan

Dua hakim pengadilan distrik Zagreb ditunjuk untuk melakukan penyelidikan, bersama dengan pakar penerbangan Yugoslavia. Pakar Inggris juga turut dilibatkan. 

Pihak berwenang Yugoslavia melaporkan telah membawa beberapa pengawas lalu lintas udara Zagreb untuk diinterogasi.

British Airways mendirikan pusat kecelakaan di Bandara Heathrow di luar London untuk menangani pertanyaan dari kerabat dan teman para korban.

Seorang juru bicara British Airways mengatakan ada laporan radio yang menunjukkan bahwa pesawat itu berada di jalur pada ketinggian itu pada saat tabrakan.

Jet sewaan Yugoslavia dilaporkan telah menerima izin untuk naik ke ketinggian 35.000 kaki sesaat sebelum tabrakan.

Langkah tersebut adalah prosedur yang tepat dan umum selama radar di lapangan menunjukkan tidak ada konflik dengan pesawat lain.

Berdasarkan penyelidikan, pilot Yugoslavia diketahui adalah Joze Knunpak. Ia memiliki lebih dari 30.000 jam waktu terbang setelah dia memiliki istirahat selama 1 jam sebelum lepas landas dari Split.

Sedangkan, pilot dari pesawat British Airways bernama Capt. Dennis Tawn, 53 tahun. British Airways mengatakan dia telah bergabung dengan maskapai itu sejak 1957.

Baca juga: UPDATE Corona 10 September: Thailand Uji Coba Tes Covid-19 dengan Keringat dari Ketiak

 

Penyebab kecelakaan

Setelah kecelakaan itu, para ahli penerbangan bertanya-tanya mengenai penyebab tabrakan dua pesawat.

Apakah menara kontrol udara Zagreb telah memberikan instruksi yang benar, ataukah salah satu kru salah memahami panduan. 

Diketahui, sistem lalu lintas udara di Eropa sangat mirip dengan di Amerika Serikat.

Pesawat terbang di sepanjang jalur udara yang tepat yang digambarkan oleh serangkaian rentang radio dan pembacaan instrumen tidak hanya arah ke stasiun berikutnya tetapi juga jumlah mil yang tepat.

Namun, pada sebagian besar saluran udara, pesawat dapat diarahkan ke kedua arah tetapi pada ketinggian yang terpisah dan dengan jarak yang hati-hati.

Hingga ketinggian 29.000 kaki, pesawat yang menuju satu arah diberi ketinggian ganjil, 3.000 kaki, 5.000 kaki, dan seterusnya, dan pesawat yang berlawanan arah diberi ketinggian genap.

Di atas 29.000 kaki, karena kecepatan yang lebih tinggi dan pertimbangan teknis lainnya, jarak pemisahan untuk pesawat yang terbang dalam arah yang berlawanan adalah 2.000 kaki, bukan 1.000 kaki.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Arkeolog Temukan Machu Picchu 24 Juli 1911

 

Mereka yang bertanggung jawab

Dilansir dari The New York Times, (14/9/1976), dari hasil penyelidikan, 4 pengawas lalu lintas udara Yugoslavia ditahan karena dicurigai bertanggung jawab atas tabrakan pesawat.

Mereka adalah Gradimir Tasic, Mladen Hohberger, Nenad Tetes dan Bojan Erjavec.

Di bawah sistem hukum Yugoslavia, orang yang dicurigai melakukan kejahatan dapat ditahan sementara hakim investigasi mengadakan penyelidikan yang dapat berlangsung beberapa bulan.

Hakim mengatakan dia telah mendengar beberapa rekaman percakapan antara kontrol darat dan awak kedua pesawat tetapi masih harus memeriksa perekam penerbangan yang ditemukan di reruntuhan.

"Rekaman yang saya kumpulkan sejauh ini tidak menunjukkan siapa atau apa yang bertanggung jawab atas kecelakaan itu," kata hakim.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pesawat Mandala Jatuh dan Meledak di Medan, 149 Tewas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Tren
Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Tren
Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Tren
Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Tren
Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Tren
Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Tren
20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

Tren
Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Tren
14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

Tren
KAI Sediakan Fitur 'Connecting Train' untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

KAI Sediakan Fitur "Connecting Train" untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

Tren
Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Tren
Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Tren
Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Tren
Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Tren
Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com