Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Astronomi September 2021, Malam Ini Puncak Hujan Meteor Perseid

Kompas.com - 09/09/2021, 18:05 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

9-11 September: Merkurius di titik tertinggi ketika senja

Fenomena astronomi lainnya yang bisa disaksikan dengan mata biasa adalah Merkurius di titik tertinggi ketika senja. Merkurius sudah muncul saat senja sejak Agustus.

Ketampakan senja ini akan berakhir pada Oktober, yang ditandai oleh konjungsi inferior Merkurius, yakni ketika Merkurius berada di depan matahari jika diamati dari Bumi.

Ketampakan Merkurius ketika senja akan mencapai titik tertinggi selama 3 hari sejak 9-11 September di seluruh wilayah Indonesia.

Untuk menyaksikannya, Andi menjelaskan, bisa melihat ke arah Barat sejak 20 menit setelah matahari terbenam selama 75 menit.

Baca juga: NASA Tawarkan Rp 502,3 Juta untuk Desain Toilet di Bulan

10 September: Konjungsi Bulan-Venus

Peristiwa ini bisa disaksikan dengan mata biasa.

Puncak konjungsi Bulan-Venus terjadi pada pukul 12.17 WIB/13.17 WITA/14.17 WIT dengan sudut pisah 4,3 derajat.

Fenomena ini baru dapat disaksikan dari arah barat-barat daya sekitar 20 menit setelah matahari terbenam selama 135 menit.

Baca juga: Fenomena Langka, Berikut Perbedaan Blue Moon Musiman dan Bulanan

11 September: Perige Bulan

Perige Bulan adalah konfigurasi ketika bulan terletak paling dekat dengan Bumi.

Hal ini disebabkan oleh orbit Bulan yang berbentuk elips dengan Bumi terletak di salah satu titik fokus orbitnya.

Perige Bulan di bulan ini terjadi pada 11 September pukul 16.54.49 WIB/17.54.49 WITA/18.54.49 WIT, dengan jarak 368.495 km dari Bumi (geosentrik), iluminasi 23,3% (Sabit Awal) dan berada di sekitar konstelasi Libra.

Perige Bulan dapat disaksikan sejak pukul 09.00 waktu setempat dari arah Timur-Tenggara, berkulminasi di arah selatan pukul 15.20 waktu setempat dan terbenam di arah barat-barat daya sekitar pukul 21.40 waktu setempat.

Baca juga: Ramai Foto Diduga Meteor Jatuh di Puncak Gunung Merapi, Ini Penjelasan Lapan

28 September: Puncak Hujan Meteor Sextantid

Sextantid adalah hujan meteor yang titik radian (asal ketampakan meteor)-nya pada arah konstelasi Sextans (diantara konstelasi Draco dan Leo).

Hujan meteor ini terbentuk dari sisa debu asteroid 2005 UD. Hujan meteor ini aktif sejak 9 September hingga 9 Oktober. Intensitas meteor maksimum terjadi pada 27 September pukul 19.00 WIB/20.00 WITA/21.00 WIT.

Sehingga hujan meteor ini baru dapat disaksikan keesokan harinya (28 September) sejak pukul 03.30 hingga 05.00 waktu setempat dari arah timur.

Intensitas meteornya hanya 2 meteor/jam, karena ketinggian titik radian tertingginya di Indonesia berkisar antara 24-25 derajat.

Sextantid dapat disaksikan menggunakan mata biasa selama cuaca cerah, langit bersih, bebas polusi cahaya, dan penghalang yang menghalangi medan pandang.

Istimewanya, hujan meteor ini juga dapat disaksikan ketika siang hari, dengan titik radiannya berkulminasi sekitar pukul 09.30 waktu setempat dan terbenam sekitar pukul 15.30 waktu setempat.

Baca juga: Mengapa Hujan Masih Turun meski Musim Kemarau? Ini Penjelasan Lapan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com