KOMPAS.com - Influencer media sosial Rachel Vennya ramai diperbincangkan warganet setelah mengungkapkan bullying yang ia terima dari para pengguna sebuah forum daring.
Melalui akun Twitter-nya, Rachel Vennya mengaku bahwa ia dirundung oleh para pengguna situs forum sejak 2018.
"Detik forum tuh yg bikin siapa sih? Pengen bikin video deh ngasihtau semua org orang2 di forum ini ngomongin aku apa aja dari 2018 sampe kena baby blues krn blg bayi aku dekil & sampe skrg ternyata aku masi aja trending topic," tulis @rachelvennya23, Sabtu (4/9/2021).
Baca juga: Viral Twit tentang Pegawai KPI Alami Pelecehan Seksual dan Perundungan
Kompas.com kemudian mencoba menelusuri forum yang dimaksud untuk menemukan thread yang disebut berisi ujaran-ujaran bullying kepada Rachel Vennya.
Namun, pada Minggu (5/9/2021), link menuju thread tersebut sudah tidak dapat diakses.
Akan tetapi, beberapa warganet sempat menyimpan tangkapan layar thread tersebut dan mengunggahnya di kolom komentar twit Rachel Vennya.
Baca juga: Viral Twit Kristen Gray, Daya Tarik Bali, dan Perbedaan Kurs Mata Uang...
Udh baca"in yg di maksud Detik Forum Rachel Vennya sumpah parah bgt bodyshaming gila jahat sejahat itu bru tau ni ada beginian isi nya kaum dakjal smua.
Bubur(buna buriq), pecel = panggilan buat RachelSetuju bgt kudu di usut sii ni Detik Forum bikin org mentalnya ga sehat pic.twitter.com/FSGFlYkQQV
— ???? (@lilsbtc) September 4, 2021
"resiko" ceunah ????
— minyak indomie (@KantiLindri) September 4, 2021
Lo aja sgala outfit endorse-an di komenin,rambut lepek lah,orang sakit lo komen makam gaji buta,anak bayi jg lo pada hujat. Apasih yg ada di otak nya yak..sian amat ngejogrog aje komen A-Z pdhl orangnya lg nyari duit sambil liburan gratis. cuih pic.twitter.com/0o1btl8t90
Baca juga: Viral Prank Sembako Sampah, Ferdian Paleka, dan Ketiadaan Empati...
Perundungan terhadap influencer atau figur publik bukan kali pertama ini terjadi, dan tentunya tidak hanya menyasar Rachel Vennya seorang.
Di media sosial, beberapa warganet mengatakan bahwa bullying yang diterima oleh Rachel Vennya adalah hal yang "wajar".
Mereka berpendapat bahwa hal tersebut adalah risiko dari seorang figur publik, yang kehidupan pribadinya menjadi konsumsi banyak orang.
Baca juga: Saat Ibu Dipolisikan Anaknya, Apa yang Terjadi? Ini Kata Sosiolog...
Akan tetapi, menurut Psikolog Klinis dari Ohana Space, Veronica Adesla, mewajarkan bullying hanya karena sasarannya adalah figur publik bukan hal yang benar.
"Public figure itu punya banyak sekali followers. Banyak sekali orang yang akan memantau. Nah, semakin banyak orang-orang yang menyoroti kehidupan public figure tersebut, memang semakin besar kemungkinan muncul haters-haters ini yang tidak setuju, yang tidak sekadar memberikan kritik, tapi juga hujatan-hujatan dengan ujaran-ujaran yang tidak sepantasnya," kata Vero saat dihubungi Kompas.com, Minggu (5/9/2021).
Ia mengakui bahwa profesi figur publikmemang rentan menjadi sasaran bullying, tetapi hal tersebut tidak lantas menjadi alasan bahwa bullying bisa dibenarkan.
"Rentan (dirundung) iya, tapi apakah ya berarti itu sewajarnya karena itu risiko gitu? Itu tidak bisa dibenarkan sih. Itu perilaku yang tetap tidak bisa dibenarkan," ujarnya.
"Walau bagaimanapun itu cyber bullying. Tidak bisa ditoleransi," katanya lagi.
Baca juga: Fenomena Polisi dan TNI Pamer Senjata di Medsos, Ini Penjelasan Sosiolog
Menurut Vero, motif seseorang melakukan bullying terhadap figur publik bisa bervariasi dan masing-masing individu mempunyai alasan tersendiri.
"Bisa ada yang karena marah, karena benci, karena cemburu, atau sekadar ikut-ikutan bisa juga," kata Vero.
Vero mengatakan, anonimitas di media sosial juga turut berperan besar mendorong orang-orang untuk melakukan hal tersebut.
Baca juga: Bermasalah dan Merugikan, Mengapa Masih Banyak Orang yang Akses Pinjol?
Terlebih lagi bila tindakan bullying itu dilakukan secara berama-ramai, pelakunya akan semakin merasa bahwa ia tidak menanggung konsekuensi individual atas perbuatannya.
"Kalau secara psikologi biasanya kalau itu (bullying) dilakukan secara beramai-ramai itu kemudian menjadi semakin berani karena merasa bahwa tidak ada tanggung jawab pribadi toh ini dilakukan beramai-ramai. Konsekuensinya pun bukan konsekuensi pribadi kalau mau di-sue (dituntut) atau masuk ke jalur hukum ya enggak sendiri," jelas Vero.
Baca juga: Mengapa Konten Horor Lebih Disukai Masyarakat Indonesia?
Figur publik juga manusia
Vero mengatakan, penting bagi semua pihak untuk menyadari bahwa bullying memiliki implikasi sangat besar bagi korbannya.
Menurut Vero, para pelaku bullying harus mencoba untuk menempatkan dirinya dalam posisi orang yang menerima perlakuan tersebut atau dengan kata lain berempati.
"Coba kalau kita ada di posisi orang yang kita bully gitu ya, itu seperti apa? Mau diperlakukan seperti itu? Dan apakah enak diperlakukan seperti itu? Tentu kan tidak," ujar Vero.
Baca juga: Alasan Mengapa Harga Tes PCR di Indonesia Mahal dan Kapan Harganya Turun?
Vero mengatakan, sebagai manusia, figur publik pasti juga tidak luput dari kesalahan.
Akan tetapi, jika merasa tidak bisa menerima kesalahan yang dilakukan figur publik, tentu dapat disampaikan dengan cara-cara yang lebih baik ketimbang melakukan bullying.
"Mungkin mereka pernah melakukan kesalahan. Bukan berarti dibenarkan. Kalau ada kesalahan ya dibenarkan, tapi cara mengutarakannya itu yang lebih asertif tanpa menjadi mem-bully orang tersebut atau mengeluarkan kata-kata kasar," kata Vero.
Baca juga: Mengapa Kolesterol Tinggi Sebabkan Penyakit Jantung? Ini Penjelasannya
Vero mengatakan, banyak penelitian yang menunjukkan bahwa tindakan bullying dapat mendorong korbannya untuk memiliki pemikiran bunuh diri.
"Kita harus hati-hati. Jaga-jaga dalam berkata-kata dan memberikan reaksi. Ya kalau enggak suka kasih tahu, tapi bukan dengan cara yang seperti itu, membuat malu, merendahkan," kata Vero.
Baca juga: Mengapa Penyintas Covid-19 Harus Divaksin? Ini Penjelasan Dokter