KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, perokok 50 persen lebih berisiko mengalami gejala Covid-19 yang parah, dibanding yang tidak merokok.
Epidemiologi yang berpengalaman dalam riset di Papua Nuigini, Indonesia, dan Mesir, Hebe Naomi Gouda, mengatakan, perokok juga memiliki risiko kematian akibat Covid-19 lebih tinggi.
"Kita sekarang tahu bahwa bukti kuat menunjukkan bahwa perokok hingga 50% lebih mungkin menderita penyakit COVID-19 yang lebih parah," kata Gouda, mengutip laman resmi WHO, Jumat (3/9/2021).
Baca juga: Bisakah Asap Rokok Menularkan Virus Corona pada Perokok Pasif?
Secara umum, menurut Gouda, tembakau atau rokok memiliki beberapa bahaya bagi kesehatan manusia, seperti menyebabkan penyakit jantung, diabetes, serta mempengaruhi kondisi paru-paru seperti penyakit paru-paru kronis dan kanker paru-paru.
Kondisi penyakit di atas membuat orang lebih rentan mengalami keparahan akibat Covid-19.
"Itu berarti bahwa perokok lebih cenderung memiliki gejala yang lebih buruk, lebih mungkin dirawat di rumah sakit, lebih mungkin dirawat di unit perawatan intensif, dan memerlukan bantuan pernapasan dan/atau ventilasi," kata Gouda.
Oleh karena itu, WHO menilai, perokok lebih berisiko mengalami kematian karena penyakit Covid-19 daripada mereka yang tidak pernah merokok.
Baca juga: Virus Corona: Ciri-ciri, Gejala, Masa Inkubasi, dan Risiko bagi Perokok
Menurut WHO, selama pandemi ini, industri rokok dan tembakau menemukan cara baru untuk terus menjangkau konsumennya.
Misalnya dengan maraknya rokok elektronik yang memberikan layanan berkelanjutan kepada perokok, melalui pengiriman tanpa kontak atau pengantaran ke tepi jalan.
Promosi industri rokok tersebut juga dikemas melalui tagar #DiRumahAja yang selama ini menjadi tagar populer selama pandemi.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.