McKenzie mengatakan, ancaman dari ISIS di Afghanistan tetap ada di samping sejumlah ancaman lainnya.
"Kami percaya itu adalah keinginan mereka untuk melanjutkan serangan ini dan kami menduga serangan itu berlanjut. Kami melakukan segala yang kami bisa untuk bersiap," kata McKenzie.
McKenzie menambahkan, potensi serangan di masa depan bisa saja berupa serangan roket yang ditembakkan ke bandara atau bom mobil yang mencoba masuk.
McKenzie menuturkan, dia tidak yakin bahwa milisi Taliban telah membiarkan serangan itu terjadi.
Baca juga: UPDATE Bom Bunuh Diri Kabul Afghanistan: 12 Tentara AS Meninggal, 60 Warga Sipil Tewas
Imbauan akan ancaman serangan di bandara Kabul
Sebelumnya, AS dan sekutunya mendesak orang-orang untuk menjauh dari bandara Kabul karena adanya ancaman dari ISIS.
Imbauan tersebut dikeluarkan pada Kamis ketika negara-negara Barat berupaya secepat mungkin melakukan evakuasi sebelum tenggat waktu 31 Agustus.
Kedutaan AS di Kabul menyarankan orang-orang yang ingin pergi ke bandara Kabul supaya mengurungkan niatnya sebagaimana dilansir Reuters.
Serupa dengan AS, Inggris mengatakan kepada orang-orang di area bandara untuk pindah ke lokasi yang aman.
"Ada ancaman serangan teroris yang berkelanjutan dan tinggi," tulis Kantor Luar Negeri Inggris dalam pernyataannya.
Mimpi buruk bagi AS
Beberapa kritikus menyalahkan evakuasi yang tergesa-gesa dari Kabul saat Biden berkukuh enggan memperpanjang tenggat waktu yang jatuh pada 31 Agustus.
Para pejabat AS mengatakan pada Kamis, sekitar 1.000 warga AS masih tertahan di Afghanistan.
Senator AS dari Partai Republik Ben Sasse mengatakan, para pemimpin militer, intelijen, dan kongres telah memohon kepada Biden untuk melawan Taliban dan mendorong mereka keluar perimeter bandara.
"Ini adalah mimpi buruk yang kami takuti,” kata Sasse.