Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Penyintas Covid-19 Tetap Perlu Divaksin? Ini Penjelasan WHO

Kompas.com - 25/08/2021, 09:35 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan agar orang yang pernah terjangkit Covid-19 tetap harus mendapatkan vaksinasi.

Kepala Ilmuwan WHO Soumya Swaminathan mengatakan, tingkat antibodi orang yang telah terinfeksi Covid-19 bisa berbeda-beda.

Suntikan vaksin Covid-19 menurutnya bisa menjadi peningkat sistem kekebalan tubuh.

"Meskipun Anda telah terinfeksi Covid-19, Anda harus melanjutkan dan mengambil vaksinasi saat tersedia untuk Anda, karena vaksin kemudian berfungsi sebagai peningkat sistem kekebalan tubuh," kata Soumya, Jumat (20/8/2021), mengutip laman WHO.

Baca juga: Efek Samping Vaksin Moderna Disebut Lebih Terasa ketimbang Vaksin Lain, Apa Sebabnya?

Perlu menunggu beberapa minggu

Bagi mereka yang pernah terinfeksi virus corona dan ingin mendapatkan vaksinasi, WHO menyarankan untuk menunggu waktu beberapa minggu.

Saat ini, WHO dan berbagai negara di seluruh dunia sedang mengusahakan pemerataan distribusi vaksin. Stok vaksin yang ada perlu diprioritaskan bagi kelompok-kelompok rentan.

"Dan karena ada kekurangan pasokan vaksin di banyak negara, mereka meminta orang yang telah terinfeksi untuk menunggu selama 3 atau 6 bulan. Tetapi dari sudut pandang ilmiah dan biologis, Anda dapat mengambil vaksin segera setelah Anda sepenuhnya pulih dari Covid," jelas Soumya.

Ketika terinfeksi Covid-19, tiap orang memiliki respons kekebalan yang bervariasi, tergantung seberapa parah infeksi yang ia alami.

Soumya mengatakan, pada beberapa penelitian menunjukkan, orang yang mengalami infeksi sangat ringan atau tanpa gejala, kemungkinan orang itu membentuk tingkat antibodi yang sangat rendah terhadap Covid-19.

Baca juga: Potensi KIPI Vaksin Covid-19 Moderna dan Cara Mengatasinya...

Antibodi sebelum dan sesudah vaksin

WHO mendapat banyak pertanyaan terkait perbedaan kondisi antibodi sebelum dan sesudah mendapat suntikan vaksin Covid-19.

Saat seseorang mendapat vaksin Covid-19, peneliti bisa memastikan jenis kekebalan yang akan mereka dapatkan.

Akan tetapi, untuk memeriksa kekebalan akibat infeksi secara alami, Soumya belum bisa memastikan karena belum ada yang cukup tentang hal itu.

Baca juga: Mengenal Vaksin Moderna dan Siapa Saja yang Boleh Menggunakannya?

Lebih lanjut, Soumya tidak menyarankan agar orang-orang untuk melakukan tes antibodi untuk memastikan kekebalan tersebut.

"Jenis kekebalan yang berkembang setelah infeksi alami bervariasi dari orang ke orang, dan sangat sulit untuk diprediksi. Vaksin telah distandarisasi dalam hal dosis antigen yang diberikan, dan ini didasarkan pada banyak uji klinis yang telah dilakukan," jelasnya.

Ia menegaskan bahwa vaksin Covid-19 yang ada dalam daftar penggunaan darurat WHO bisa mencegah angka rawat inap dan tingkat keparahan infeksi.

Meski demikian, protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak dan menjaga kebersihan tetap menjadi kunci utama.

Baca juga: Mengenal Pfizer, Vaksin Covid-19 yang Baru Tiba di Indonesia

Mencegah terinfeksi kembali 

Hal senada juga diungkapkan oleh Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Alergi Imunologi sekaligus Ketua Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia Prof Iris Rengganis.

Prof Iris menjelaskan, pada tubuh penyintas Covid-19, antibodi memang akan terbentuk secara otomatis. Namun, antibodi tersebut tidak bertahan lama dan akan mulai menurun sekitar 3 bulan setelahnya.

Untuk mencegah tubuh terinfeksi kembali atau reinfeksi, maka seorang penyintas harus tetap mendapatkan vaksin Covid-19.

Baca juga: Cara Cek Penerima Vaksin Covid-19 di Peduli Lindungi

"Antibodi hanya bertahan sampai 3 bulan, paling lama 8 bulan. Tapi 3 bulan sudah mulai menurun, karena itu tetap dianjurkan harus divaksinasi untuk mencegah reinfeksi," ujarnya dalam Dialog Kabar Kamis KPCPEN yang bertajuk "Prokes Diperketat Saat PPKM Darurat" di kanal YouTube FMB9ID_IKP, Kamis (8/7/2021).

Terkait dengan waktu tunggu 3 bulan, menurutnya hal itu dilakukan demi pemerataan vaksinasi sehingga kekebalan kelompok atau herd immunity dapat segera tercapai.

"(Divaksin) 2 bulan, sebulan, boleh enggak? Boleh kalau orang itu sehat, tidak ada long Covid. Tapi masalahnya kita kan mau herd immunity, pemerataan vaksin untuk semuanya," kata dia.

"Karena itu, dianggap 3 bulan dulu, (antibodi) sudah mulai menurun baru dia vaksinasi supaya yang lain bisa kebagian. Sementara penyintas ini kan masih punya imunitas yang alamiah," jelasnya.

Baca juga: Cara Cek Penerima Vaksin Covid-19 di Peduli Lindungi

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Resmi! Tes PCR Covid-19 Turun Harga

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Tren
Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Tren
Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Tren
Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Tren
Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Tren
Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Tren
Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Tren
20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

Tren
Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Tren
14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

Tren
KAI Sediakan Fitur 'Connecting Train' untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

KAI Sediakan Fitur "Connecting Train" untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

Tren
Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Tren
Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Tren
Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Tren
Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com