Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral, Video Barter Emas di Pedalaman Papua, 1 Gram Dapat 1 GB Internet, Ini Ceritanya

Kompas.com - 14/08/2021, 13:00 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah video yang memperlihatkan barter atau saling tukar menggunakan emas di pedalaman Papua, viral di media sosial.

Video tersebut dibagikan akun Instagram @makassar_iinfo pada Jumat (13/8/2021).

"Begini cara barter di pedalaman Papua Indonesia, barternya menggunakan emas WOWW," tulis keterangan dalam video.

Dalam unggahannya, terdapat dua video yang dibagikan.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh OFFICIAL MAKASSAR INFO (@makassar_iinfo)

Pada video pertama, terlihat dua pemuda yang sedang berbelanja di warung. Keduanya berniat menukar dua ayam dan gula.

Bukan dengan uang seperti umumnya jual beli, mereka menukar ayam dan gula menggunakan emas.

"Ini apa? Coba jawab," tanya penjual saat menerima emas yang disodorkan oleh pemuda di depannya.

"Ayam dua dengan gula satu, hallo gais," jawab pemuda itu.

Kemudian emas itupun langsung ditimbang beratnya. Setelah ditimbang, berat emat tersebut 2 gram.

Sementara pada video kedua memperlihatkan rincian harga voucher WiFi internet dari Ubiqu yang tertulis di kertas putih.

"Ini yang mau tahu harga voucher WiFi. Ini untuk WiFi Ubiqu dia 100 MB 1 kaca (0,1 gram emas), 300 MB 3 kaca (0,3 gram emas) dan seterusnya sampai 1 GB itu harganya 1 gram," ucap perekam video.

Setelah ditelusuri lebih dalam, kedua video tersebut direkam pertama kali oleh pemilik akun TikTok @syahtiarm.

Baca juga: Hari Pramuka 14 Agustus 2021, Sejarah Gerakan Kepanduan di Indonesia


Cerita perekam video

Saat dikonfirmasi, Syahtiar, pemilik akun TikTok @syahtiarm membenarkan, keberadaan video barter menggunakan emas tersebut.

Lokasinya memang benar di pedalaman Papua, tetapi Syahtiar enggan mengungkapkan di mana lokasi tepatnya.

"Belum bisa cerita banyak, lokasinya di pedalaman Papua. Untuk spesifiknya enggak bisa diinfoin, maaf ya," ujar dia saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (14/8/2021).

Ia hanya menceritakan peristiwa yang ada di video viral tersebut.

Saat itu, ada dua pemuda yang membeli dua ekor ayam dan 1 kilogram gula. Harga yang dibanderol, yakni 2 gram emas.

Mengapa bisa mahal?

"Kenapa mahal, karena transportasi kita pake helikopter buat naikin barang. Sekali sewa heli 60-70 juta per 25 menit. Itu seminggu minimal 1 kali pemakaian heli. Ini di luar modal kios," kata Syahtiar.

Adapun barang yang dijual, kata dia, tak jauh berbeda dengan warung pada umumnya. Ada makanan, minuman, hingga voucher internet.

Syahtiar menambahkan, transaksi jual beli tidak cuma dengan emas. Ada juga pembeli yang membayar dengan uang Rupiah dan tetap dilayani.

"Ada kok Rupiah. Tapi jadi lebih mahal nantinya. Terus kalau Rupiah, risiko bisa basah dan rusak nantinya. Jadi mending pake emas aja. Kalau ada yang pakai Rupiah tetap dilayani," ujar dia.

Baca juga: Sertifikat Vaksin 1 dan 2 Tak Muncul di PeduliLindungi? Coba Cara Ini

Penjelasan Bank Indonesia

Kepala Departemen Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono mengatakan, apabila memandang persoalan tersebut hanya dari sisi hukum, mungkin saja bisa dinilai sebagai pelanggaran terhadap ketentuan yang sudah ada.

Akan tetapi, menurut Erwin, akan lebih penting dalam melihat persoalan tersebut dengan perspektif yang lebih luas.

"Tapi saya kira dalam konteks masyarakat Papua itu ada perspektif sosial ekonomi yang lebih mengemuka, yaitu mereka lebih membutuhkan kemajuan dibidang ekonomi," ujar dia saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (14/8/2021).

Ia menjelaskan, pada saat transaksi ekonomi semakin meningkat dan dibutuhkan alat tukar yang membuat transaksi lebih efisien, maka Rupiah harus dipakai sebagai satu-satunya alat transaksi yang sah.

"Pada saat itu perspektif hukum saya kira sangat relevan," ungkap dia.

BI, kata Erwin, terus berupaya untuk mengusahakan ketersediaan Rupiah di daerah terpencil, terluar, dan terdalam di Indonesia.

Hingga saat ini, 46 kantor perwakilan BI yang tersebar di penjuru Tanah Air dikerahkan untuk mempercepat upaya itu.

"Rupiah dengan pecahan yang lebih banyak pasti jauh lebih baik dibandingkan emas yang satuannya terlalu besar sebagai alat transaksi ritel," tandas Erwin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com