SAHABAT saya yang pejuang kemanusiaan sepi pamrih ramai kerja, Dr Elcid Li dari Kupang melaporkan bahwa Juli 2021 merupakan bulan kedelapan para aktivis Forum Academia NTT berhasil mendirikan Laboratorium Biomolekuler Kesehatan Masyarakat Provinsi NTT.
Laboratorium swadaya warga Kupang ini dipimpin oleh Dr Fima Inabuy, ilmuwan biomolekular lulusan universitas Washington State.
Gagasan membuat tes massal melalui pooled test berbasis PCR sudah hadir pada bulan Maret 2020 namun baru terwujud pada bulan Oktober 2020.
Itu pun akibat laskar Forum Academica NTT ngotot dan ada juga anak-anak muda NTT yang amat solid yang bersedia berjibaku bersama setiap hari,
Baca juga: Perdana, Tes Covid-19 Massal Bakal Digelar di NTT Pekan Ini
Anak-anak muda ini bekerja dalam situasi emergency. Masuk jam 9 pagi, pulang kadang baru jam 2 pagi.
Tiga buah kasur disediakan di beberapa lorong agar mereka bisa rebahan jika tubuh sudah terlalu penat. Terutama sambil menunggu mesin PCR beroperasi.
Anak-anak muda ini berasal dari berbagai wilayah NTT seperti Manggarai, Ende, Waingapue, Anakalang, Lemata, Alor, Sabur, Rote dan Timor.
Beroperasi sejak Oktober 2020 tidak kurang 15.000 sampel sudah mereka periksa dengan ekstrasi manual.
Dengan tes massal ini sebenarnya mereka memberi isyarat tanda bahaya kepada pemerintah. Sejak akhir Mei mereka sudah berteriak agar pemerintah daerah segera mengetatkan pintu masuk.
Tetapi semua terpaku pada pemerintah pusat. Akibatnya waktu pun terbuang percuma.
Pada saat grafik positivity rate di NTT menjulang pada antara akhir Maret hingga awal Juni 2021, seharusnya pintu-pintu masuk diperketat, dan tes diperbanyak. Namun lagi-lagi sains dikalahkan ketimbang birokrasi tanpa tujuan.
Saat ini NTT merupakan daerah di luar Jawa Bali dengan tingkat penyebaran varian Delta justru yang tertinggi.
Wajar saja, jika sampel yang dikirim butuh waktu kurang lebih 6 minggu baru bisa mendapatkan hasil.
Sulit dibayangkan sudah sejauh mana varian Delta menyebar di NTT. Ya pasti lagi-lagi terlambat!
Di masa pandemi, tanpa solidaritas kemanusiaan yang diperkuat, bahkan lebih sibuk urus berdagang alat kesehatan dan turunannya, sebenarnya kita sedang sibuk menggali lubang kubur untuk diri sendiri.