Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasanuddin Wahid
Sekjen PKB

Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Anggota Komisi X DPR-RI.

Mengentaskan "Herd Stupidity" di Indonesia

Kompas.com - 26/07/2021, 17:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BERDASARKAN data Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN), hingga 18 Juli 2021, sudah 41 juta orang yang mendapatkan vaksinasi Covid-19 dosis pertama dan 16 juta orang yang sudah mendapatkan vaksin Covid-19 dua dosis.

Berdasarkan data KPC PEN itu pula diketahui jumlah penambahan orang yang divaksinasi dalam tiga minggu belakangan ini antara 800.000 hingga 1,1 juta orang per hari.

Melansir Pharmaceutical Technology, dalam konteks Covid-19, tingkat kekebalan kelompok (herd immunity) adalah 60-70 persen, tetapi bisa lebih tinggi jika varian virus baru lebih menular.

Untuk mencapai 70 persen dari jumlah penduduk, Indonesia harus memvaksin penuh (dua dosis vaksin Covid-19) sekitar 189 juta penduduk. Dengan kata lain, Indonesia harus memiliki 378 juta dosis. Artinya, Indonesia masih perlu melangkah cukup jauh untuk mencapai titik herd immunity.

Herd Stupidity

Sayangnya, saat melangkah menuju herd immunity, masyarakat Indonesia justru disebut-sebut sedang terjebak dalam herd stupidity. Istilah herd stupidity tak diketahui siapa penggagas awalnya.

Namun, dalam konteks pandemi Covid-19, istilah tersebut muncul dalam kolom Palm Beach Post, 29 September 2020, dalam artikel yang ditulis Frank Cerabino.

Melalui artikel tersebut, Cerabino menyindir Presiden AS Donald Trump sebagai dokter dan Gubernur Florida Ron DeSantis sebagai perawat yang mempromosikan herd stupdity karena keduanya meremehkan protokol kesehatan seperti pemakaian masker dan penerapan social distancing.

Kemudian, melalui artikel One Result of Quarantine: Increased Herd Stupidity  yang tayang di medium.com, 8 Oktober 2020, Aaron Pace mengemukakan, “..ketika dokter dan ahli virologi mempertimbangkan kemungkinan ‘herd immunity’ masalah berbahaya pun menetas dan berkembang pesat di semua sudut gelap masyarakat yang compang-camping yaitu 'herd stupidity'.”

Menurut Pace, salah satu faktor penyebab herd stupidity adalah program isolasi atau karantina. Program itu ternyata dalam waktu yang singkat, telah menyebabkan sejumlah besar orang lupa bagaimana berinteraksi secara bertanggung jawab dengan orang lain.

Isolasi yang seharusnya membuat warga lebih perhatian dan sabar ternyata telah menyebabkan orang kehilangan akal sehatnya.

Istilah itu mengemuka lagi di media AS ketika aktivis Andrea Junker melalui akun twitternya, (@Strandjunker) menulis, "America, where herd immunity is killed by herd stupidity."

Hal senada disampaikan jurnalis multimedia David Leavitt (@David_Leavitt), "America won't ever attain Herd Immunity because we have too much Herd Stupidity."

Menurut urbandictionary, herd stupidity adalah tindakan bodoh yang dilakukan sekelompok orang bersama-sama, tanpa disadari. Mereka mengabaikan aturan yang sudah dibuat.

Aaron Pace bahkan menegaskan, herd stupidity tampak ketika sejumlah besar individu bertindak secara independen dan bertentangan dengan kesejahteraan masyarakat.

Menurut dia, herd stupidity sangat tipis perbedaanya dengan herd mentality, yang berarti kecenderungan perilaku atau keyakinan orang untuk menyesuaikan diri dengan kelompok tempat mereka berasal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com