Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Pantangan Makanan Bagi Pasien Positif Covid-19 yang Alami Anosmia

Kompas.com - 25/07/2021, 17:00 WIB
Artika Rachmi Farmita

Penulis

KOMPAS.com - Selera makan berkurang gara-gara anosmia akibat Covid-19 memang dilematis. Karena masih tergolong gejala ringan, Anda bisa mengatur siasat menu makanan agar asupan gizi tetap terpenuhi.

Anosmia adalah gejala neurologis berupa kehilangan penciuman sementara yang membuat selera makan turun. Selain tak bisa mencium bau, biasanya penderita juga merasakan gangguan pada indera perasa.

Gangguan pada indera perasa ini banyak dilaporkan sebagai gejala ringan oleh mereka yang terkonfirmasi positif Covid-19. Hal ini kemudian memengaruhi selera makan.

Kehilangan selera makan, apalagi saat sakit, tentu tidak menyenangkan. Bagaimanapun, tetap makan makanan bergizi tidak bisa dikesampingkan walaupun mengalami anosmia.

Pakar teknologi pangan dari Chlorophyll Scientific Consulting, Daisy Irawan, menyarankan agar pasien tetap berpedoman pada konsep asupan gizi Empat Sehat Lima Sempurna.

"Artinya terdiri dari beraneka ragam makanan, tentunya dengan gizi yang cukup. Nasi sebaiknya jangan terlalu banyak, tapi sayuran dan buah ditambah,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (24/7/2021).

Namun ia juga mengingatkan agar pasien juga memperhatikan kualitas makanan yang diasup selama menjalani isolasi karena Covid-19.

Catat tiga pantangan makanan berikut agar tubuh kuat melawan virus corona:

Baca juga: Latihan Penciuman Atasi Anosmia akibat Covid-19, Cuma Perlu 20 Detik

1. Jauhi gorengan

Anda penyuka gorengan? Sebaiknya dihindari dulu, setidaknya sampai Anda dinyatakan sembuh. Mengapa?

"Tekstur memicu tenggorokan gatal, nanti susah menelan. Jadi jangan gorengan," ujar lulusan Sarjana Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada itu.

Sebagai gantinya, coba pilihlah makanan favorit lain yang cenderung segar dan mudah dikunyah seperti buah-buahan. Tidak perlu memaksa mengunyah makanan yang Anda tidak doyan.

2. Kurangi garam

Anosmia membuat penderita Covid-19 kebingungan dengan respon indera pengecap. Lidah bak mengalami anomali. Sebagian mengaku semua makanan terasa hambar, ada pula yang mengaku makanan menjadi rasa pahit yang berlebihan.

Untuk mengatasi hal ini, peraih gelar pascasarjana di Institut Pertanian Bogor itu menyarankan agar mengurangi konsumsi garam.

Baca juga: Alami Anosmia? Cobalah Sambal Bawang Agar Selera Makan Meningkat

"Semakin asin, maka lidah makin merasakan pahit. Jadi lebih baik kurangi garam saat memasak," tuturnya. Bahkan jika perlu tanpa garam.

Sebaliknya, tambahkanlah rasa pedas ke dalam menu makanan seperti sambal.

Daisy menyebutkan, makanan pedas, terutama sambal, mempengaruhi orang makan lebih banyak. Karena senyawa pada makanan pedas, mempercepat aktivasi saraf untuk memproduksi air liur (saliva).

"Cabai dan bawang dalam sambal mengandung senyawa yang menekan saraf, lalu kita jadi merasa pedas dan memicu produksi air liur. Nah, orang jadi pengen makan," tuturnya.

3. Hindari makanan bertekstur kasar

Makan makanan pedas bisa membantu mengurangi penderitaan saat mengalami anosmia. Tapi bagi sebagian orang yang punya penyakit lain yang berkaitan di pencernaan, itu justru membahayakan.

Daisy mengingatkan pasien agar memperhatikan kondisi organ tubuh lainnya meski ingin segera pulih dari anosmia. Apalagi sampai terkena diare.

“Saat diare, pasien sebaiknya harus memilih makanan yang mudah dicerna dan tidak mengiritasi usus. Cari makanan yang lunak dan kaya nutrisi," ujarnya.

Termasuk jangan makan makanan sarat serbuk, misalnya kue satru. "Makan yang gampang yang ditelan saja, seperti makanan berkuah."

Baca juga: Catat, Ini Perbedaan Anosmia Akibat Covid-19 dan Flu Biasa

Di luar 3 pantangan di atas, Daisy menyarankan agar pasien menjaga daya tahan tubuh dengan mengonsumsi rempah-rempah. Apalagi jika pasien sampai merasa mual, bisa dipulihkan dengan jus lemon atau minuman tradisional wedang jahe.

Kulit lemon dan kencur juga berfungsi sebagai anti bakteri. Tujuannya supaya tidak ada infeksi sekunder dari bakteri dan jamur.

"Penderita Covid-19 itu udah terserang virus, jadi jangan sampai diserang oleh virus dan bakteri secara bersamaan. Tubuh kita akan kerepotan karena musuhnya banyak," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com