KATA politik dalam perspektif kepemimpinan senantiasa diartikan banyak makna. Saya selalu teringat kata-kata Warren Bannis terkait kepemimpinan politik:
“Kepemimpinan adalah kapasitas untuk menerjemahkan pandangan menjadi kenyataan."
Celakanya, terkait kapasitas pemimpin untuk mewujudkan hal tersebut, George Orwell menggugat dengan pernyataan:
“Bahasa politik dirancang untuk membuat kebohongan terasa jujur dan pembunuhan dihormati.“
Setiap periode zaman, terdapat kecenderungan para politikus mengolah jurus-jurus komunikasi politik agar bisa membuat kebohongan terasa jujur, terlebih ketika kapasitas mewujudkan cita-cita politik menjadi kenyataan tidak cukup ataupun tidak tercapai, atau memerlukan periode panjang dipenuhi masalah dan kritik yang menurunkan citra dan kepopuleran.
Di era digital atau dunia maya jurus serba maya alias cita-cita politik hanya hidup di media bukan di kenyataan terasa tumbuh subur.
Saya mencoba menuliskan jurus-jurus para politikus untuk menjaga kekuasan dan kepopuleran meski tanpa kapasitas mewujudkan kenyataan.
Jurus pertama adalah opera sabun. Dengan jurus ini politikus piawai membangun konflik alias pameran perhatian penuh konflik drama yang menjadi pusat perhatian warga agar teralihkan perhatiannya dari persoalan penting bangsa yang tidak terpecahkan atau pun dipecahkan lewat cara kebohongan.
Konflik konflik yang menjadi pengalih perhatian tersebut layaknya opera sabun, dibuat dalam
siklus berputar, hadir tiba-tiba, vulgar dengan tokoh-tokoh pelaku yang stereotip mampu membangun pameran perhatian.
Semua itu ditampilkan di media sosial dengam efektif didukung buzzer serta jurus hoaks.
Jurus kedua adalah superhero. Ini adalah juru mengelola warga sebagai penggemar alias kultur fans lewat media sosial. Pemimpin politk semacam ini membangun komunikasi dengan menjadikan dirinya sebagai "superhero" dalam beragam kemasan.
Misalnya, kemasan dekat dengan rakyat. Secara berkala politikus memajang di akun media sosialnya momen-momen kerakyatan seperti minum kopi di warung atau kemasan dekat kaum milenial dengan memakai baju ikon milenial.
Atau juga gambar-gambar yang mengesankan ia adalah pekerja yang tekun dengan memakai helm kerja mengawasi sebuah kerja di fasilitas umum.
Simak juga kemasan superhero beragam kepahlawan politik modern. Sebutlah kepahlawanan minoritas, misalnya.
Model politikus semacam ini akan membangun citra kepemimpinan politik sebagai diva alias kultur penggemar fanatik. Apapun yang dilakukan Sang Diva akan selalu dicintai dan tidak pernah salah.