KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa melonjaknya kasus infeksi Covid-19 di berbagai negara dapat mengundang bahaya di masa depan.
Mengutip ABC News, Jumat (16/7/2021) hal tersebut disampaikan oleh Ketua Komite Kedaruratan Covid-19 WHO Didier Houssin.
"Pandemi ini masih jauh dari selesai," kata Houssin.
Menurut Houssin, lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di berbagai negara menambah tantangan yang harus dihadapi.
Tak hanya itu, ancaman juga hadir dari kemungkinan lahirnya varian baru virus corona SARS-CoV-2 yang lebih mematikan.
Baca juga: Luhut: Banyak yang Tidak Paham Varian Delta
Pada awal pandemi, hanya ada satu varian virus corona yang menyebar. Begitu virus itu menyebar ke seluruh dunia, ia bermutasi dan menciptakan banyak varian baru.
Saat ini, ada empat varian yang menjadi perhatian WHO atau diberi label variants of concern, yakni varian Alpha, Beta, Gamma, dan Delta.
Terbaru, varian Delta yang pertama kali terdeteksi di India, dilaporkan telah menyebar ke lebih dari 111 negara, dan berkontribusi terhadap hampir 60 persen kasus Covid-19 di Amerika Serikat.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, WHO menduga bahwa varian Delta telah menjadi varian dominan yang menyebar ke seluruh dunia.
"Kami memperkirakan bahwa varian itu (Delta) akan menjadi dominan dan menyebar ke seluruh dunia, atau malah sudah," kata Tedros.
Baca juga: Simak, Ini Cara Download Sertifikat Vaksinasi Covid-19 dan Manfaatnya
Penularan virus corona yang masih terus terjadi membuat WHO khawatir bahwa di masa depan akan muncul varian baru yang lebih sukar dikendalikan.
Vaksinasi diharapkan menjadi senjata yang ampuh untuk meredam penularan virus corona, sekaligus menghambat virus untuk bermutasi dan menghasilkan varian baru.
Akan tetapi, banyak negara di dunia tidak memiliki stok vaksin yang memadai untuk melindungi warganya.
Berdasarkan data dari University of Oxford's Global Change Data Lab, secara global, baru 25,8 persen populasi dunia yang menerima sedikitnya satu dosis vaksin Covid-19.
Untuk itu, WHO terus mendorong negara-negara kaya untuk membagikan stok vaksin yang mereka miliki ke negara-negara lain yang membutuhkan.