Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Isoman, Berapa Batas Aman Saturasi Oksigen dan Kapan Butuh Bantuan Medis?

Kompas.com - 08/07/2021, 14:37 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kematian pasien Covid-19 tidak hanya terjadi di rumah sakit. Belakangan, sejumlah kasus meninggal mendadak terjadi pada pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri.

Diberitakan Kompas.com, Rabu (7/7/2021), Kota Bekasi menjadi daerah dengan angka kematian tertinggi pasien Covid-19 yang sedang menjalani isolasi mandiri.

Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi membenarkan tingginya kasus kematian pasien Covid-19 saat menjalani isolasi mandiri di rumah.

Baca juga: Sulit Dideteksi, Epidemiolog Ingatkan Gejala Covid-19 Happy Hypoxia

Dia mengatakan, pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri berpotensi mengalami perburukan dalam waktu cepat, terutama sulit bernapas atau sesak napas.

”Sekarang tren Covid-19 ini, kan, sesak napas. Barusan, ada Sekretaris Kelurahan Pejuang, meninggal di tengah jalan karena sesak napas. Varian (virus penyebab Covid-19) ini cepat sekali,” kata Rahmat.

Berapa batas aman saturasi oksigen?

Dokter spesialis paru kKonsultan onkologi di RSUD dr. Pirngadi Medan Dr. Moh Ramadhani Soeroso, M.Ked(Paru), Sp.P-K.Onk, mengungkapkan, batas aman saturasi oksigen adalah 94 persen.

"Di bawah 94 persen rawat isoman atau rumah sakit harus pakai oksigen nasal kanule 6 liter/i," kata Ramadhani kepada Kompas.com, Kamis (8/7/2021).

Untuk mengukurnya, pasien isoman perlu memiliki oximeter atau alat pengukur kadar oksigen dalam darah.

Oleh karena itu, ia menyarankan memiliki oximeter di rumah.

"Iya pakai oximeter, lebih baik punya di rumah," kata dia.

Baca juga: Berpacu dengan Waktu, Menemukan Penyebab Happy Hypoxia pada Pasien Covid-19

Cari bantuan medis

Ramadhani menjelaskan, jika saturasi oksigen kurang dari 90 persen, wajib segera minta pertolongan ke rumah sakit.

"Kalau oksigen kurang dari 90% wajib ke rumah sakit pakai oksigen sungkup NRM (non rebreathing masker) 15 liter/i," ujar Ramadhani.

Selain itu, perlu diperhatikan hika batas napas per menit adalah 18-20 kali per menit.

Dihubungi terpisah, Dokter spesialis paru di RS Harapan Bunda dr. Eva Sri Diana, SpP. mengatakan, saturasi normal adalah di atas 95 persen.

"Jika dibawah itu terus, kita harus hati hati kemungkinan makin turun terutama jika pasien memang sudah ada gejala batuk atau sesak," kata dia saat dihubungi Kompas.com, Kamis (8/7/2021).

Eva mengatakan, saat ini belum ada penelitian tentang harus menunggu berapa lama ketika mendapati kadar oksigen di bawah normal. 

Meski demikian, dia menyarankan untuk segera meminta pertolongan ketika saturasinya di bawah normal.

"Jika saturasi mendadak 60 persen, hitungan jam enggak dibantu bisa lewat (meninggal dunia)," ujar Eva.

Baca juga: Isolasi Mandiri karena Covid-19, Ini 2 Cara Deteksi Dini Happy Hypoxia

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Mengenal Happy Hypoxia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Menanti Tol Solo-Yogyakarta, Penghubung Dua Kota Mataram, Dukung Perekonomian Lokal

Menanti Tol Solo-Yogyakarta, Penghubung Dua Kota Mataram, Dukung Perekonomian Lokal

Tren
Jadwal Puasa Ayyamul Bidh April 2024 dan Keutamaannya

Jadwal Puasa Ayyamul Bidh April 2024 dan Keutamaannya

Tren
Penelitian Mengungkap Anggapan Masyarakat Mesir Kuno tentang Galaksi Bima Sakti

Penelitian Mengungkap Anggapan Masyarakat Mesir Kuno tentang Galaksi Bima Sakti

Tren
Manfaat Kelapa Bakar, Apa Bedanya dengan Diminum Langsung?

Manfaat Kelapa Bakar, Apa Bedanya dengan Diminum Langsung?

Tren
Catat, Ini 10 Ponsel Pintar dengan Radiasi Tertinggi

Catat, Ini 10 Ponsel Pintar dengan Radiasi Tertinggi

Tren
Pedagang Taoge di Garut Disebut Jadi Tersangka Usai Membela Diri dan Lawan Preman, Ini Faktanya

Pedagang Taoge di Garut Disebut Jadi Tersangka Usai Membela Diri dan Lawan Preman, Ini Faktanya

Tren
Daftar 60 Universitas Terbaik di Indonesia Versi SIR 2024, Ada Kampusmu?

Daftar 60 Universitas Terbaik di Indonesia Versi SIR 2024, Ada Kampusmu?

Tren
Remaja Siksa Anjing hingga Mati di Jember, Polisi: Masih dalam Proses Penyelidikan

Remaja Siksa Anjing hingga Mati di Jember, Polisi: Masih dalam Proses Penyelidikan

Tren
Daftar Ikan yang Boleh Dimakan Penderita Asam Urat dan Kolesterol, Apa Saja?

Daftar Ikan yang Boleh Dimakan Penderita Asam Urat dan Kolesterol, Apa Saja?

Tren
Gunung Vesuvius yang Lenyapkan Kota Kuno Pompeii Berpotensi Meletus Lagi, Kapan Terjadi?

Gunung Vesuvius yang Lenyapkan Kota Kuno Pompeii Berpotensi Meletus Lagi, Kapan Terjadi?

Tren
Pemimpin Dunia Minta Israel Tak Balas Serangan Iran, Ini Alasannya

Pemimpin Dunia Minta Israel Tak Balas Serangan Iran, Ini Alasannya

Tren
Mengenal 'Holiday Paradox', Saat Waktu Liburan Terasa Lebih Singkat

Mengenal "Holiday Paradox", Saat Waktu Liburan Terasa Lebih Singkat

Tren
Mengenal Amicus Curiae, Dokumen yang Diserahkan Megawati ke MK Terkait Sengketa Pilpres 2024

Mengenal Amicus Curiae, Dokumen yang Diserahkan Megawati ke MK Terkait Sengketa Pilpres 2024

Tren
Bagaimana Cara Kerja Suara dari Sumber Bunyi Mencapai Telinga Anda?

Bagaimana Cara Kerja Suara dari Sumber Bunyi Mencapai Telinga Anda?

Tren
3 Skenario Serangan Balasan Israel ke Iran, Salah Satunya Incar Fasilitas Nuklir

3 Skenario Serangan Balasan Israel ke Iran, Salah Satunya Incar Fasilitas Nuklir

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com