Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yuk Kita Semua Patuh, Bisa Yuk...

Kompas.com - 04/07/2021, 09:05 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Penulis

Tenaga kesehatan kewalahan, pasien tak bisa tertangani, angka kematian akibat Covid-19 juga akan semakin tinggi.

Para ahli berpendapat, lonjakan kasus yang terjadi di Indonesia tak hanya disebabkan oleh kemunculan varian Covid-19, tetapi juga tingkat kepatuhan warga yang semakin berkurang.

Maklum, lebih dari setahun pandemi virus corona membuat banyak warga lelah, frustasi, dan ingin kembali hidup seperti sedia kala.

Masker pun mulai dilepas, kerumunan massa sudah jadi hal biasa di tengah situasi yang tak biasa ini.

Tak patuh berarti runtuh

Kondisi inilah yang bisa menjadi 'makanan empuk' bagi virus yang tak mengenal kompromi, apalagi konspirasi.

PPKM Darurat ini diharapkan menjadi momentum untuk kembali memperketat kesadaran kita agar tak lengah dan selalu menerapkan protokol kesehatan, termasuk membatasi interaksi.

"Ini bisa memberi harapan bahwa selanjutnya bisa terus dijaga seperti ini. Kita harus bangun semangat ini. banyak hal yang bisa kita raih dari membatasi mobilitas interaksi," kata epidemiolog Griffith University Dicky Budiman saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (3/7/2021).

Dengan mematuhi aturan PPKM Darurat dan tetap tinggal di rumah, laju penyebaran virus corona akan bisa dihentikan.

Apalagi, varian baru virus corona, Delta, punya kecepatan menyebar berkali-kali lipat dari virus aslinya.

"Kalau manusia bisa dikendalikan pergerakannya, akan berdampak signifikan. Namun sekali lagi ini harus terus dijalin," ujar Dicky.

Jika kepatuhan ini tidak ditegakkan, ia mengatakan, Indonesia akan kehilangan momentum dalam menghentikan laju penyebaran virus.

Akibatnya, lonjakan kasus akan terus terjadi tanpa henti.

Dicky mengingatkan, ketidakdisiplinan dalam mematuhi protokol kesehatan bisa menjadi bumerang bagi kita.

"Ini yang harus disadari. Korbannya adalah bisa di kalangan kita sendiri karena pengabaian dari kita, ketidakdisiplinan dari kita," kata dia.

"Sekali lagi karena virus sudah di mana-mana, maka gerak menghentikannya harus ada di mana. Pembatasan pergerakan juga harus ada di mana-mana. Ini yang penting," ujar Dicky.

Dicky berharap adanya sanksi tegas bagi siapa pun pelanggar aturan PPKM Darurat ini.

Namun, bukankah bangsa yang beradab tak perlu menunggu sanksi untuk patuh dan demi keselamatan bersama?

Mari patuhi aturan, tetap di rumah jika tak ada kepentingan mendesak, dan saling menjaga...

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 14 Poin Utama PPKM Darurat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

Tren
Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Tren
PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

Tren
UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

Tren
Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Tren
Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Tren
Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Tren
Warganet Kaitkan Kenaikan UKT Unsoed dengan Peralihan Menuju PTN-BH, Ini Penjelasan Kampus

Warganet Kaitkan Kenaikan UKT Unsoed dengan Peralihan Menuju PTN-BH, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Israel Diduga Gunakan WhatsApp untuk Targetkan Serangan ke Palestina

Israel Diduga Gunakan WhatsApp untuk Targetkan Serangan ke Palestina

Tren
Apa Itu Asuransi? Berikut Cara Kerja dan Manfaatnya

Apa Itu Asuransi? Berikut Cara Kerja dan Manfaatnya

Tren
'Streaming' Situs Ilegal Bisa Kena Retas, Curi Data, dan Isi Rekening

"Streaming" Situs Ilegal Bisa Kena Retas, Curi Data, dan Isi Rekening

Tren
Kata Media Asing soal Penetapan Prabowo sebagai Presiden Terpilih, Menyoroti Niat Menyatukan Elite Politik

Kata Media Asing soal Penetapan Prabowo sebagai Presiden Terpilih, Menyoroti Niat Menyatukan Elite Politik

Tren
Jokowi Batal Hadiri Pemberian Satyalancana untuk Gibran dan Bobby, Ini Penyebabnya

Jokowi Batal Hadiri Pemberian Satyalancana untuk Gibran dan Bobby, Ini Penyebabnya

Tren
Berapa Jarak Ideal Jalan Kaki untuk Menurunkan Berat Badan?

Berapa Jarak Ideal Jalan Kaki untuk Menurunkan Berat Badan?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com