KOMPAS.com - Singapura sedang menyusun cetak biru untuk mewujudkan rencana hidup berdampingan dengan Covid-19.
Gagasan hidup normal bersama virus corona mengemuka, setelah virus penyebab Covid-19 itu diyakini tidak akan hilang dan akan menjadi endemik.
Itu artinya, wabah Covid-19 dapat terus terjadi dari waktu ke waktu, dan masyarakat harus terbiasa dengan itu.
Cetak biru yang tengah disusun Satgas Covid-19 Singapura, akan memungkinkan masyarakat beraktivitas normal, tanpa harus menjalani karantina dan lockdown.
Bagaimana cara Singapura mewujudkan itu?
Baca juga: Soal Singapura Akan Hidup bersama Covid-19, Epidemiolog: Indonesia Masih Jauh
Satgas Covid-19 Singapura yang terdiri dari berbagai kementerian di bawahnya menyebutkan, ada 4 faktor kunci agar Singapura dapat hidup berdampingan dengan Covid-19.
Keempat faktor itu adalah vaksinasi, testing, pengobatan, dan tanggung jawab sosial.
Vaksinasi menjadi kunci untuk hidup bersama Covid-19, karena terbukti dapat menurunkan risiko infeksi sekaligus transmisi.
Vaksin juga telah terbukti ampuh mencegah timbulnya gejala serius pada pasien yang terinfeksi virus corona penyebab Covid-19.
Di Singapura, tercatat ada 120 lebih individu yang telah divaksinasi lengkap, namun tetap terinfeksi Covid-19, termasuk beberapa yang berusia di atas 65 tahun.
Pasien yang telah divaksin penuh, semuanya tidak memiliki gejala atau gejala ringan. Sebaliknya, sekitar 8 persen dari mereka yang tidak divaksinasi mengalami gejala serius.
Singapura menargetkan dua per tiga populasinya sudah menerima dua dosis vaksin atau divaksinasi penuh pada 9 Agustus 2021, yang merupakan Hari Nasional Singapura.
Baca juga: Singapura Persiapkan Hidup bersama Covid-19, Bagaimana Indonesia?
Testing dan pengawasan ketat masih akan dilakukan oleh Singapura, tetapi fokusnya akan berbeda dibanding sebelum era new normal.
Singapura juga berencana untuk tidak bergantung sepenuhnya pada tes polymerase chain reaction (PCR) yang tidak nyaman, serta membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan hasil.
Oleh karena itu, Singapura berencana menggulirkan penggunaan tes Covid-19 yang cepat serta mudah dilakukan, seperti swab antigen dan breathalyser, yang tidak memerlukan pengambilan sampel swab tetapi cukup dengan napas.