Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Australia Uji Coba Vaksin Covid-19 yang Disuntikkan Tanpa Jarum

Kompas.com - 29/06/2021, 14:02 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Australia telah menyetujui uji coba vaksin Covid-19 yang disuntikkan ke dalam tubuh tanpa melalui jarum.

Mengutip 9News, cara melakukan penyuntikan adalah dengan menggunakan injector jet yang mengirimkan vaksin berbasis DNA kepada sukarelawan yang sehat.

"Apa yang kami lakukan dalam uji coba khusus ini hanya mengambil kode DNA dan menggunakan perangkat bebas jarum khusus, untuk memaksa di bawah kekuatan mekanis kode genetik DNA itu ke dalam sel," ujar peneliti utama Nick Wood dari Universitas Sydney.

Di Amerika Serikat, alat semacam ini telah digunakan.

Akan tetapi, hanya untuk suntikan vaksin flu. Untuk vaksin Covid-19 baru dilakukan kali ini di Australia.

Baca juga: 5 Pertimbangan Pemberian Vaksin Covid-19 bagi Anak 12-17 Tahun

Vaksin Covigen ini dirancang memberikan instruksi DNA yang akan mengajari sel-sel tubuh membuat protein lonjakan Covid-19 sehingga sistem kekebalan bisa membangun pertahanannya.

“Secara keseluruhan, kami berharap mendapatkan 150 orang dalam uji coba fase 1 ini untuk melihat respons keamanan dan kekebalan,” kata Dr. Wood.

Peneliti dalam percobaan ini, Profesor Peter Richmond, menilai, pendekatan vaksin tanpa jarum bisa menjadi jalan masa depan.

“Sangat mudah untuk memberi, dan saya tidak terlalu merasakannya (penyuntikan) sama sekali,” ujar dia.

Sementara itu, dikutip dari News.com, saat ini para relawan tengah melalui fase 1 uji coba pada manusia yang dimulai minggu ini.

Penelitian dilakukan di Scientia Sydney, Institut AnakTelethon di Perth, Rumah Sakit Wanita dan Anak di Adelaide.

Baca juga: Suntik Vaksin Segera, Jangan Ditunda-tunda Saat Siap dan Tersedia

Cara kerja

Vaksin menggunakan sekuens DNA genetik dari virus SARS-CoV2 yang menembus kulit dengan teknologi tanpa jarum.

Selanjutnya, DNA akan diserap oleh sel-sel tubuh, dengan kode DNA menghasilkan protein lonjakan virus yang kemudian memicu respon imun.

Alat semacam semprotan jet ini dirancang untuk memastikan DNA masuk ke dalam sel.

Tidak ada aditif atau pengawet yang digunakan dalam vaksin ini.

Universitas Sidney, yang memimpin uji coba, bermitra dengan perusahaan biotek Technovalia dan mitra vaksin internasional BioNet untuk pengembangan vaksin ini.

Adapun vaksin diberikan dua dosis dengan jarak satu bulan.

Penelitian ini juga akan menyelidiki apakah dosis bisa diturunkan.

Jika seluruh penelitian uji fase 1 berhasil maka nantinya fase 2 akan dilanjutkan.

Baca juga: Diteliti, Suntikan Ketiga Vaksin Sinovac dan Potensinya Tingkatkan Antibodi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

Tren
UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

Tren
Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Tren
Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Tren
Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Tren
Warganet Kaitkan Kenaikan UKT Unsoed dengan Peralihan Menuju PTN-BH, Ini Penjelasan Kampus

Warganet Kaitkan Kenaikan UKT Unsoed dengan Peralihan Menuju PTN-BH, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Israel Diduga Gunakan WhatsApp untuk Targetkan Serangan ke Palestina

Israel Diduga Gunakan WhatsApp untuk Targetkan Serangan ke Palestina

Tren
Apa Itu Asuransi? Berikut Cara Kerja dan Manfaatnya

Apa Itu Asuransi? Berikut Cara Kerja dan Manfaatnya

Tren
'Streaming' Situs Ilegal Bisa Kena Retas, Curi Data, dan Isi Rekening

"Streaming" Situs Ilegal Bisa Kena Retas, Curi Data, dan Isi Rekening

Tren
Kata Media Asing soal Penetapan Prabowo sebagai Presiden Terpilih, Menyoroti Niat Menyatukan Elite Politik

Kata Media Asing soal Penetapan Prabowo sebagai Presiden Terpilih, Menyoroti Niat Menyatukan Elite Politik

Tren
Jokowi Batal Hadiri Pemberian Satyalancana untuk Gibran dan Bobby, Ini Penyebabnya

Jokowi Batal Hadiri Pemberian Satyalancana untuk Gibran dan Bobby, Ini Penyebabnya

Tren
Berapa Jarak Ideal Jalan Kaki untuk Menurunkan Berat Badan?

Berapa Jarak Ideal Jalan Kaki untuk Menurunkan Berat Badan?

Tren
Dokter Ingatkan Kerokan pada Anak Bisa Berbahaya, Begini Alternatif Amannya

Dokter Ingatkan Kerokan pada Anak Bisa Berbahaya, Begini Alternatif Amannya

Tren
11 Buah dan Sayuran Berikut Bisa Memperpanjang Umur, Termasuk Alpukat

11 Buah dan Sayuran Berikut Bisa Memperpanjang Umur, Termasuk Alpukat

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com