Memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun. Untuk pertemuan-pertemuan yang intens tak terhindarkan, tes usap wajib dilakukan sebagai syarat.
Terkait pertemuan yang intens, Senin (14/6/2021), saya, beberapa pemimpin redaksi dan akademisi bidang pertahanan diundang Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Di Ruang Bhineka Tunggal Ika di Kantor Kementerian Pertahanan, kami berbincang-bincang selama sekitar lima jam. Sebuah rekor pertemuan yang berjalan tanpa terasa karena intens melibatkan perasaan.
Diawali makan siang pukul 12.00, bincang-bincang berakhir pukul 17.45. Hal yang teramat jarang. Apalagi dengan Prabowo, narasumber yang amat jarang mau berbicara.
Sebelum pertemuan di ruangan dengan tembok dipenuhi lukisan foto Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta serta beberapa jenderal seperti Soeharto, AH Nasution, M Jusuf, Sudirman dan Ahmad Yani, Prabowo menghampiri satu per satu tamunya.
Prabowo berkeliling, menatap mata ke mata sambil menyebut nama orang-orang yang hadir dalam ruangan. Langkahnya masih gesit meskipun baru selesai menghadiri acara sebelumnya.
Karena sadar ini adalah "janur gunung", hal yang amat jarang terjadi, setelah semua disapa satu per satu, Prabowo duduk di kursinya lalu membuka pembicaraan menjelaskan alasan kenapa dia bicara.
Pertemuan ini terlaksana atas saran Presiden Jokowi beberapa hari sebelumnya. Pimpinan kalau memberi saran, itu artinya petunjuk. Begitu keyakinan Prabowo.
Ini kontras dengan pertemuan terakhir beberapa pemimpin redaksi dengan Prabowo setelah diangkat jadi menteri di kediamannya di Jalan Kertanegara, Jakarta, persis sebelum pandemi.
Dengan materi pembahasan yang sama tingkat kerahasiaannya karena membahas persoalan pertahanan negara, pertemuan pertama di kediaman Prabowo terjadi dalam suasana penuh ketegangan.
Ketegangan dimulai sejak awal. Semua alat komunikasi tidak boleh dibawa serta saat pertemuan dan harus dititipkan ke petugas.
Hal sama dilakukan sebelum pertemuan Senin lalu. Bahkan lebih ketat karena sebelum pertemuan harus uji swab di tempat. Hanya yang negatif hasilnya bisa ikut pertemuan.
Sebelum pertemuan, satu per satu harus tanda tangan di atas meterai soal kerahasiaan isi pembicaraan. Meskipun terasa lebih menegangkan, pertemuan justru berjalan lebih ringan.
Tanpa beban, Prabowo menggunakan kata "loe-gue" dan menceritakan banyak pengalaman pribadi yang belum pernah saya dengar.
Tawa banyak pecah dalam pertemuan lima jam. Begitu juga gerak tangan khas Prabowo seperti menari saat gembira bercerita.
Tentang perubahan atau tepatnya mungkin hal baru yang kami lihat dari sosok yang nyaris tak terjamah media sejak kembali ke panggung politik tahun 2004, Prabowo tersenyum saat ditanya.
Sekali lagi, Prabowo menyebut saran Presiden Jokowi sebagai pijakan. Presiden menyarankan Prabowo tampil ke publik lewat media. Pertemuan dengan beberapa pemimpin redaksi adalah salah satunya.