Saat terjadi, fenomena dapat mencapai titik maksimal (potensi) berdasarkan data yang ada.
Oleh karena itu, saat merespons informasi mengenai potensi gempa dan tsunami, penting untuk memahami ancaman dan perilaku manusia seperti apa yang dapat mengubahnya menjadi bencana.
Misalnya, ketika gempa bumi terjadi, banyak korban yang tercatat akibat robohnya suatu bangunan.
"Jadi, kalau ada yang tidak peduli dengan rumahnya tidak kuat, maka itu akan menjadi aspek manusia yang mengubah ancaman (gempa) jadi bencana (gempa)," ujar Eko.
Hal tersebut juga berlaku untuk tsunami.
Jika masyarakat tidak peduli dan tidak mempersiapkan atau berlatih mitigasi tsunami, maka aspek manusia akan mengubah ancaman tsunami menjadi bencana tsunami.
Terutama, mereka yang tinggal di pesisir.
Daryono mengatakan, penting untuk memahami langkah mitigasi dan kesiapsiagaannya.
"Peristiwa gempa bumi dan tsunami adalah keniscayaan di wilayah Indonesia. Yang penting dan harus dibangun adalah mitigasinya, kesiapsiagaannya, kapasitas stakeholder dan masyarakatnya, maupun infrastruktur untuk menghadapi gempa dan tsunami yang mungkin terjadi," ujar Daryono.
Baca juga: Ramai Potensi Gempa dan Tsunami 29 Meter di Jatim, Ini Kata Ahli LIPI
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.