Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lapan Sebut Kilatan Cahaya di Merapi Diduga Terkait Hujan Meteor

Kompas.com - 29/05/2021, 18:15 WIB
Retia Kartika Dewi,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

Menurutnya, fenomena meteor disebabkan oleh tertariknya meteoroid yang terpengaruh oleh gravitasi sehingga jatuh dan terbakar.

Di sisi lain, warna pijar meteor yang terbakar sangat tergantung kandungan unsur yang mendominasi batuan tersebut.

Dalam foto yang tersebar di media sosial, warna kilatan cahaya yakni biru kehijauan (cyan) berasal dari Magnesium, adanya kandungan kalsium yang ditandi warna violet, dan Nikel ditandai dengan warna hijau yang bersinar.

Sedangkan warna merah kemungkinan besar berasal dari Oksigen dan Nitrogen yang berada di atmosfer Bumi.

"Mengingat cahaya yang dipancarkan berwarna kehijauan, besar kemungkinan meteor yang jatuh di sekitar Merapi ini didominasi oleh unsur Magnesium," ujar Andi.

Baca juga: Ramai Foto Diduga Meteor Jatuh di Puncak Gunung Merapi, Ini Penjelasan Lapan

Meteorit

Terkadang, meteor dapat menyisakan batuan saat sampai permukaan Bumi, batuan inilah dinamakan meteorit.

Apabila memang meteor yang jatuh di sekitar Gunung Merapi ini masih menyisakan meteorit, Andi mengatakan, perkiraan jatuhnya meteorit ini dipredikasi menggunakan metode paralaks.

Disimpulkan bahwa kemungkinan sekiranya terdapat meteorit, lokasi jatuhnya justru bukan berada di lereng Merapi, melainkan agak di sekitar puncak Merbabu.

Hal ini ditandai dengan posisi kilatan cahaya yang nyaris vertikal menjulang ke langit.

"Kilatan cahaya yang secara visual tidak terlalu esar dan ditambah pula dengan tidak adanya ledakan, diperkirakan meteor yang jatuh tidak terlalu besar, setidaknya berukuran seperti kerikil dan bisa jadi terbakar habis di atmosfer," ujar Andi.

Ia juga mengimbau kepada masyarakat yang menemukan benda antariksa di sekitar lokasi jatuhnya meteor, dapat menghubungi pihak yang berwajib dan agar tidak berada di dekat benda tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com