Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Doa untuk Tengku Zulkarnain dan Birgaldo Sinaga

Kompas.com - 17/05/2021, 09:21 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Adalah suatu warisan kearifan leluhur Nusantara untuk tidak bicara buruk terhadap sesama warga Indonesia yang telah meninggalkan dunia fana ini.

Maka sungguh disayangkan bahkan diprihatinkan bahwa tradisi bagus itu di masa kini yang disebut sebagai masa kebebasan berpendapat berdasar cita-cita utama demokrasi ternyata tidak dilanjutkan oleh berbagai pihak yang merasa berhak mengungkap pendapat pribadinya sesuai kehendak dan selera diri sendiri.

Termasuk pendapat buruk terhadap sesama warga Indonesia yang sudah almarhum.

Demokrasi

Gejala buruk itu mulai tampil terhadap almarhum Bung Karno kemudian makin berkembang terhadap almarhum Pak Harto.

Kemudian di masa kini gejala bicara buruk terhadap almarhum juga terjadi terhadap almarhum Tengku Zulkarnain dan Birgaldo Sinaga yang meninggalkan dunia fana di belahan awal bulan Mei 2021.

Mereka yang merasa sepaham dalam politik dengan Tengku Zulkarnain dan Birgaldo Sinaga berbelasungkawa atas wafatnya kedua tokoh nasional yang kebetulan tidak berada di kubu politik yang sama.

Namun ada pula yang merasa tidak sepaham politik dengan Tengku Zulkarnain dan Birgaldo Sinaga ternyata tega hati melupakan warisan kearifan leluhur Nusantara untuk tidak bicara buruk terhadap sesama warga Indonesia yang telah meninggalkan dunia fana ini sehingga tega hati bicara buruk terhadap tokoh yang kebetulan tidak disukainya ketika masih hidup.

Kebencian dibawa sampai ke alam baka.

Birgaldo Sinaga saat menjadi tim advokasi orangtua bayi Debora, mendatangi kantor Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) di Jakarta Pusat, Senin (11/9/2017).KOMPAS.COM/Anggita Muslimah Birgaldo Sinaga saat menjadi tim advokasi orangtua bayi Debora, mendatangi kantor Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) di Jakarta Pusat, Senin (11/9/2017).

Doa

Sebagai warga yang awam politik kecuali mempelajari politik kemanusiaan yang adil dan beradab, saya pribadi memilih sikap bertahan pada warisan kearifan leluhur Nusantara untuk tidak bicara buruk terhadap sesama warga Indonesia yang sudah meninggalkan dunia fana ini.

Menyadari diri saya sendiri sekadar sesosok insan manusia tidak sempurna maka saya merasa tidak layak untuk bicara buruk terhadap sesama manusia ketika masih hidup.

Makin tidak layak bicara buruk terhadap sesama manusia yang telah meninggalkan dunia fana untuk pindah ke alam baka.

Dapat dibayangkan betapa kecewa perasaan keluarga yang ditinggalkan apabila insan yang mereka cintai dibicarakan secara buruk oleh orang lain.

Maka dengan penuh kerendahan hati saya bersujud demi memanjatkan doa memohon perkenan Yang Maha Kuasa melimpahkan anugrah berkah kekuatan lahir dan batin kepada keluarga yang ditinggalkan Tengku Zulkarnain dan Birgaldo Sinaga serta memohon perkenan Yang Maha Kuasa menerima arwah Tengku Zulkarnain dan arwah Birgaldo Sinaga di sisi Beliau di alam baka. Amin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com