KOMPAS.com - Menjaga silaturahmi saat Lebaran bisa dilakukan dengan berbagai cara.
Sayangnya, pada perayaan Idul Fitri 2021 ini, kita tidak bisa bersalam-salaman dan bertatap muka langsung dengan keluarga dan teman-teman.
Pemerintah telah menetapkan larangan mudik Lebaran untuk mencegah lonjakan kasus Covid-19 akibat meningkatnya mobilitas masyarakat.
Mengirim hantaran atau makanan pun jadi pilihan untuk tetap menjaga tali silaturahmi, meski tak bisa bertemu.
Apa saja macam-macam pemberian itu?
Baca juga: Mengenang Maestro Ismail Marzuki, Mengingat Lagu Klasik Hari Lebaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, parsel diartikan sebagai bingkisan yang berisi berbagai hadiah, yang ditata apik dalam keranjang dan dikirimkan ke orang-orang tertentu pada hari raya.
Isi parsel bisa berupa aneka kue, makanan dan minuman dalam kaleng, barang pecah belah, dan sebagainya.
Pemberian semacam ini bisa menjadi sarana untuk menyampaikan perhatian atau silaturahmi kita kepada keluarga, kerabat, atau rekan kerja saat Lebaran.
Biasanya, parsel juga kerap disertai kartu ucapan dan doa baik menyambut Idul Fitri 2021.
Belakangan, hamper menjadi pilihan yang cukup populer pada masa Lebaran 2021 ini.
Mengutip Kompas.com (22/5/2020), tradisi hamper berasal dari Inggris.
William the Conqueror, yang memerintah pada abad ke-11 tepat setelah Pertempuran Hastings mengenalkan hamper ke Inggris.
Adapun asal kata hamper ialah dari bahasa Perancis 'hanapier', yang berarti 'keranjang untuk piala'.
Sekitar 1.000 tahun yang lalu, keranjang anyaman kerap digunakan untuk mengangkut makanan dan anggur dalam perjalanan panjang melintasi daratan dan laut di era ini.
Anyaman dipilih karena jauh lebih ringan dari kayu konvensional, tetapi tetap tahan lama.
Namun, baru pada revolusi industri tahun 1800-an tradisi hamper mulai dikaitkan dengan periode Natal dan pemberian hadiah.
Berawal dari keluarga Victoria kelas menengah dan atas dari abad ke-19 yang mengubah hamper menjadi barang mewah yang diberikan sebagai hadiah.
Pada dasarnya, hamper memiliki konsep yang sama dengan parsel.
Namun, penataan hamper dinilai lebih eksklusif dan terkesan klasik.
Baca juga: Resep Opor Ayam, Semur Daging, Sambal Goreng, dan Rendang untuk Sajian Lebaran
Saat Lebaran, masyarakat Indonesia juga terbiasa saling mengirim makanan.
Dilansir dari Kompas.com (8/5/2021), budayawan Betawi Yahya Andi Saputra mengatakan, tradisi ini juga berkembang di masyarakat Bewati.
Di Betawi, tradisi ini pun dikenal sebagai rantangan.
Masyarakat akan membuat masakan khas Ramadhan atau khas Betawi, kemudian mengirimnya pada kerabat dan keluarga, yang dikemas dalam rantang.
Sebagai informasi, rantang adalah panci bersusun dan bertutup untuk tempat makanan dengan dilengkapi tangkai, yang berfungsi sebagai pengait dan pegangan.
Isi rantang bisa bermacam-macam, mulai dari dodol, tape uli, rengginang, manisan buah, ketupat, semur daging, sayur godog, rangkambang, dan sebagainya.
Menurut Yahya, mulai 1980-an, kata Yahya, tradisi rantangan perlahan hilang.
Saat krisis moneter, masyarakat Betawi tidak lagi membagikan makanan dalam rantang, tetapi dalam bentuk sembako dan uang.
Sembako atau sembilan bahan pokok ini kemudian perlahan semakin populer karena mudah didapatkan.
Tradisi rantangan mulai tergerus dan wadah rantang pun dianggap mulai langka.
Sekarang, pemberian sembako saat Lebaran lebih diminati karena bahan makanan bisa bertahan lebih lama dan memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi.
Baca juga: Tips Menjawab Pertanyaan Klise Saat Lebaran, Termasuk Kapan Nikah...
(Sumber: KOMPAS.com/Jawahir Gustav Rizal, Syifa Nuri Khairunnisa | Editor: Rizal Setyo Nugroho, Silvita Agmasari)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.