Dicky menyebut, pandemi global ini awalnya hanya bermula dari satu orang yang kemudian terus menular ke orang-orang lainnya.
Jadi, di masa-masa ini, pergerakan satu orang saja bisa menghadirkan risiko yang sangat luas. Terlebih ribuan bahkan mungkin jutaan pemudik yang bergerak di berbagai daerah.
Lebih lanjut, sejumlah negara di kawasan Asean juga sudah mengalami peningkatan kasus yang cukup mengkhawatirkan.
"Situasi di kawasan Asean alarm-nya (tanda bahaya) juga sudah bunyi. Alarm situasi perburukan bisa saja terjadi, termasuk di Indonesia dalam waktu dekat. Oleh karena itu perlu ada mitigasi," ungkapnya.
Baca juga: Update Covid-19 di Indonesia: Pulau Jawa Kembali Masuk Zona Merah, Mana Saja?
Perencanaan mitigasi yang matang dan penerapan di lapangan secara optimal diperlukan agar jika pun terjadi lonjakan atau ledakan kasus, Indonesia masih bisa menanganinya.
Artinya, ledakan ini terjadi dalam skala yang masih bisa terkontrol.
"Mitigasi ini upaya untuk meminimalisasi risiko, dan mencegah kalau pun ada ledakan kasus ya tidak masif, hanya dalam kategori atau batas yang masih bisa kita tolerir dalam kapasitas fasilitas kesehatan maupun dalam respons-respons secara umum lainnya," papar Dicky.
Baca juga: Tersisa 5 Daerah Zona Merah Covid-19 di Indonesia, Mana Saja?