Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Puluhan Jenazah Diduga Pasien Covid-19 Dibuang di Sungai Gangga...

Kompas.com - 12/05/2021, 16:05 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Serangan gelombang kedua Covid-19 di India semakin mengkhawatirkan.

Setelah kasus konfirmasi positif dan angka meninggal harian yang pecahkan rekor dunia, kelangkaan pasokan oksigen, ruang perawatan, dan kremasi massal, kini terjadi fenomena baru di India terkait kondisi gelombang kedua Covid-19.

Puluhan mayat yang diduga pasien meninggal akibat Covid-19 ditemukan mengapung di sungai suci Gangga.

Baca juga: Ramai soal Masuknya WNA di Tengah Larangan Mudik, Ini Kata Satgas Covid-19

Mengutip BBC (11/5/2021), puluhan jenazah manusia kembali ditemukan mengambang di tepi sungai suci umat Hindu di India, Sungai Gangga yang ada di sisi utara negara itu.

Dalam beberapa hari sebelumnya lebih dari 50 jenazah juga ditemukan mengapung di sungai yang sama, kali ini di wilayah Gahmar, Uttar Pradesh.

Jenazah-jenazah itu tidak memiliki identitas, dan tidak diketahui pula bagaimana mereka bisa berada di sana.

Namun, banyak pihak meyakini bahwa jenazah yang mengapung di Gangga adalah korban dari Covid-19.

Baca juga: Gelombang Kedua Virus Corona di India, Infeksi Tertinggi, dan Membeludaknya Layanan Kremasi...

Timbulkan bau tidak sedap

Anggota keluarga memberi penghormatan terakhir kepada kerabat mereka Rajendra Prasad Mishra, seorang pria berusia 62 tahun yang telah kehilangan nyawanya karena infeksi virus corona sebelum dikremasi di Sungai Gangga di Phaphamau di Prayagraj, India, Sabtu (8/5/2021).AP PHOTO/RAJESH KUMAR SINGH Anggota keluarga memberi penghormatan terakhir kepada kerabat mereka Rajendra Prasad Mishra, seorang pria berusia 62 tahun yang telah kehilangan nyawanya karena infeksi virus corona sebelum dikremasi di Sungai Gangga di Phaphamau di Prayagraj, India, Sabtu (8/5/2021).

Jenazah-jenazah itu diketahui mengapung di Gangga sudah lebih dari satu hari.

Penduduk sekitar pun telah mengeluhkan adanya bau tidak sedap yang muncul dalam beberapa hari terakhir.

Namun, tindakan baru dilakukan oleh petugas berwenang setelah mengetahui kabar banyaknya jenazah manusia yang ditemukan di sungai itu.

Baca juga: Mengenal 3 Varian Baru Virus Corona yang Diduga Lebih Menular dan Sudah Masuk ke Indonesia

Aparat kepolisian menarik mayat-mayat tersebut menggunakan tongkat.

Penyelidikan pun dilakukan oleh pihak terkait untuk mengetahui dari mana jenazah-jenazah itu berasal.

Kemudian pada Senin (10/5/2021) sekitar 40 jenazah yang ada di Gahmar berhasil diangkat ke tepian.

Baca juga: Simak 3 Gejala Baru Covid-19, dari Anosmia hingga Parosmia

Sebanyak 25-30 di antaranya sudah dalam kondisi membusuk dan langsung dikuburkan.

Selain sudah membusuk, alasan identitas dan agama yang tidak diketahui dengan jelas juga menjadikan pemerintah setempat memutuskan untuk menguburkan jenazah-jenazah tersebut.

Mereka telah menyiapkan lubang-lubang besar untuk proses pemakaman ini.

Baca juga: Ramai soal Penolakan Jenazah Covid-19, Dokter: Pasien Meninggal, Virus Pun Mati

Dokter menolak melakukan autopsi

Kerabat membawa mayat seseorang yang meninggal karena COVID-19 ketika beberapa tumpukan kayu korban Covid-19 lainnya terbakar di krematorium di New Delhi, India, Sabtu (1/5/2021).AP PHOTO/AMIT SHARMA Kerabat membawa mayat seseorang yang meninggal karena COVID-19 ketika beberapa tumpukan kayu korban Covid-19 lainnya terbakar di krematorium di New Delhi, India, Sabtu (1/5/2021).

Melansir Hindustan Times (12/5/2021), terdapat lebih dari 80 jenazah yang ditemukan di Sungai Gangga di wilayah Uttar Pradesh, Bihar.

Namun, kondisi kesemuanya sudah begitu membusuk hingga para dokter menolak untuk melakukan autopsi.

"Para dokter menolak (melakukan autopsi), karena mayat dalam kondisi sangat membusuk dan tampaknya (sudah) berusia lima hingga enam hari," kata Hakim distrik Buxar (DM) Aman Samir.

Baca juga: Panduan Lengkap Takbiran dan Shalat Idul Fitri 1442 H di Masa Pandemi Covid-19

Pejabat administratif setempat mengatakan mayat-mayat itu berbalut kain kafan dan dibungkus lembaran plastik.

Temuan-temuan ini tentu micu kekhawatiran tersendiri bagi penduduk di Bihar dan Uttar Pradesh, karena air dari sungai itu dimanfaatkan sebagai sumber air minum dan sumber mata pencaharian.

Aktivis lokal menuding bahwa jenazah-jenazah itu merupakan pasien Covid yang tidak dapat dimakamkan atau dikremasi secara layak, karena kekurangan fasilitas juga tempat.

Baca juga: Jalan Panjang Wisma Atlet Kemayoran Sebelum Disulap Jadi RS Darurat Covid-19

Selain itu, ada pula ketakutan akan virus di daerah pedesaan.

Ada pula keluarga yang mengakui membuang mayat di Sungai Gangga, karena mengaku tidak memiliki cukup uang untuk melakukan kremasi.

Kejadian mayat yang dibuang di Sungai Gangga ternyata bukan hanya sekali ini terjadi.

Berdasarkan catatan sejarah, hal serupa juga sudah ada pada pandemi Flu Spanyol pada 1918.

Seorang penyair bahasa Hindi terkenal, Suryakant Tripathi menuliskan sair "Sungai Gangga dipenuhi dengan mayat".

Sementara sebuah laporan terkait pandemi yang dituliskan oleh pejabat Inggris, Norman White, menyebut banyaknya mayat yang dibuang ke sungai akibat kelangkaan kayu bakar yang menjadi bahan untuk melakukan kremasi.

Baca juga: Melihat Penanganan Covid-19 di India...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Tren
Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Tren
Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Tren
Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Tren
Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Tren
Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Tren
10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

Tren
5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

Tren
Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Tren
PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

Tren
UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

Tren
Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Tren
Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Tren
Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com