Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Bangsa

Kompas.com - 02/05/2021, 13:44 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini, Minggu (2/5/2021) merupakan peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).

Peringatan ini ditetapkan berdasarkan hari kelahiran Bapak Pendidikan Bangsa, Ki Hajar Dewantara.

Dia adalah pelopor pendidikan bangsa, sejak Indonesia masih berada di bawah jajahan kolonial.

Kata-kata Ki Hadjar Dewantara yang paling dikenang yaitu "Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani".

Kata-kata itu pun kini menjadi semboyan pendidikan Indonesia.

Baca juga: Profil WR Supratman, Sosok di Balik Peringatan Hari Musik Nasional 2021

Lantas, bagaimana kiprah dan perjuangan Ki Hajar Dewantara dalam dunia pendidikan?

Pernah dipecat dari kampus

Ki Hajar Dewantara bernama asli Raden Mas Suwardi Suryaningrat. Lahir pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta.

Melansir buku Visi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (2013) oleh Bartolomeus Sambo, Ki Hajar Dewantara lahir dari keluarga bangsawan.

Darah bangsawan membuatnya bisa belajar di Europeesche Lagere School atau Sekolah Dasar Belanda selama 7 tahun di Kampung Bintaran Yogyakarta.

Baca juga: Mengenang Sosok Bung Hatta, dari Sepatu Bally hingga Tak Mau Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan

Selanjutnya, Ki Hajar Dewantara melanjutkan sekolahnya di Kweekschool (sekolah guru) di Yogyakarta.

Dia pun mendapat kesempatan untuk menempuh sekolah dokter di Jawa, di School Fit Opleiding Van Indische Artsen (STOVIA).

Ki Hajar Dewantara menjadi mahasiswa di STOVIA mulai 1905-1910.

Baca juga: Tutup Usia, Ini Profil Artidjo Alkostar, Mantan Hakim Agung yang Ditakuti Koruptor

Tokoh Empat Serangkai pendiri Pusat Tenaga Rakyat (Putera), (searah jarum jam), Soekarno, Ki Hajar Dewantara, KH Mas Mansyur, dan Moh Hatta.Album Pahlawan Bangsa (2004) Tokoh Empat Serangkai pendiri Pusat Tenaga Rakyat (Putera), (searah jarum jam), Soekarno, Ki Hajar Dewantara, KH Mas Mansyur, dan Moh Hatta.

Dia sempat jatuh sakit selama empat bulan dan beasiswanya terpaksa dicabut. Akan tetapi, pencabutan beasiswa ini bukan semata karena dia sakit.

Tak lama setelahnya, Ki Hajar Dewantara dikeluarkan dari STOVIA karena ada masalah politik.

Dia dianggap menjadi pemicu timbulnya pemberontakan terhadap Pemerintah Hindia-Belanda melalui sajak yang ia bacakan.

Sajak tersebut menggambarkan keperwiraan Ali Basah Sentot Prawirodirdjo, seorang panglima perang Pangeran Diponegoro.

Baca juga: Mengenang Pangeran Diponegoro dan Sejarah Perjuangannya...

Kerja sebagai wartawan

Dikeluarkan dari sekolah tak membuatnya putus asa. Ki Hajar Dewantara menambah banyak pengalamannya dengan bekerja sebagai wartawan.

Dia pun menjadi salah satu wartawan yang dikenal dengan tulisannya yang komunikatif, tajam, serta mampu menumbuhkan semangat antipenindasan.

Dia menulis di beberapa surat kabar, seperti Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara.

Baca juga: Mengenang Sosok Marsinah, Aktivis Buruh yang Tak Mau Mengalah pada Nasib

Selain bekerja, Ki Hajar Dewantara juga berserikat.

Pada 25 Desember 1912, dia mendirikan organisasi pergerakan nasional yang bernama Indische Partij.

Bersama dua rekannya, Dr. E.F.E. Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangunkusumo, ketiga orang ini pun dijuluki sebagai tiga serangkai.

Baca juga: May Day 2021 dan Sejarah Peringatan Hari Buruh...

Mendirikan Taman Siswa

Pada masa itu, masyarakat di Indonesia tidak memiliki akses pendidikan.

Pendidikan hanya diperuntukkan bagi anak keturunan Belanda dan kaum priyayi.

Ketimpangan ini mendorong Ki Hajar Dewantara untuk terus mengkritik kebijakan pemerintah kolonial.

Baca juga: Profil Presiden Ketiga RI: Bacharuddin Jusuf Habibie

Pada puncaknya, ia menyampaikan kritikan kepada pemerintah kolonial melalui tulisan berjudul Als ik eens Nederlander was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk satu juga).

Kedua tulisannya membuat pemerintah Hindia Belanda geram. Ki Hajar Dewantara ditangkap dan dibuang ke Pulau Bangka.

Akan tetapi, Ki Hajar Dewantara meminta agar dirinya dibuang ke Belanda saja dan keinginannya itu dikabulkan.

Baca juga: Profil Presiden Kedua RI: Soeharto

Selama menjalani masa pembuangan di Belanda, dia banyak menghabiskan waktunya untuk belajar. Sampai akhirnya, pada 1918, Ki Hajar Dewantara diperbolehkan kembali ke Indonesia.

Sekembalinya ke tanah air, dia mendirikan National Onderwijs Institur Taman Siswa atau Perguruan Nasional Taman Siswa pada 3 Juli 1922.

Pendirian Taman Siswa ini ditujukan untuk membebaskan rakyat Indonesia dari pembodohan dan penindasan.

Baca juga: Profil Presiden Pertama RI: Soekarno

Makna semboyan

Ki Hajar Dewantara mengenalkan tiga semboyan yang jadi pegangan bagi pendidikan di Indonesia.

Semboyan tersebut dalam bahasa Jawa, yang berbunyi ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.

Arti dari semboyan tersebut adalah:

1. Ing Ngarsa Sung Tulada

Ing berarti “di”, ngarsa berarti “depan”, sung berarti “jadi”, dan tuladha berarti “contoh” atau “panutan”.

Maknanya, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik.

2. Ing Madya Mangun Karsa

Ing berarti “di”, madya berarti “tengah”, mangun berarti “membangun”, dan karsa berarti “semangat” atau “niat”.

Maknanya, di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide untuk berkarya.

Baca juga: Profil Presiden Keempat RI: Abdurrahman Wahid

3. Tut Wuri Handayani

Tut wuri berarti “di belakang” atau mengikuti dari belakang dan handayani berarti “memberikan semangat”.

Maknyanya, guru harus berada di belakang untuk bisa memberikan dorongan, arahan dan semangat.

Akhir hidup

Setelah merdeka, Ki Hajar Dewantara menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan yang pertama di Indonesia.

Pada 1957, dia mendapat gelar Covtor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada (UGM).

Namun, tak ada yang bisa melawan waktu. Di usia yang ke 70 tahun, Ki Hajar Dewantara meninggal dunia. Tepatnya pada 26 April 1959.

Baca juga: UGM Buka Seleksi Jalur Prestasi 2021, Ini Syarat dan Ketentuannya...

Dia dimakamkan di Taman Wijaya Brata, di kota kelahirannya, Yogyakarta.

Sebagai penghormatan atas jasa dan perjuangan Ki Hajar Dewantara di dunia pendidikan, pemerintah memberikan julukan "Bapak Pendidikan".

Pada 16 Desember 1959, melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959, pemerintah menetapkan tanggal kelahirannya sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Baca juga: Profil Presiden Kelima RI: Megawati Soekarnoputri

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Warganet Soroti Persyaratan Rekrutmen PT KAI, Disebut Pakai Standar Tinggi

Warganet Soroti Persyaratan Rekrutmen PT KAI, Disebut Pakai Standar Tinggi

Tren
OJK Terbitkan Daftar 537 Pinjol Ilegal per 31 Maret 2024, Berikut Rinciannya

OJK Terbitkan Daftar 537 Pinjol Ilegal per 31 Maret 2024, Berikut Rinciannya

Tren
Perempuan Brasil Bawa Mayat dengan Kursi Roda ke Bank untuk Buat Pinjaman

Perempuan Brasil Bawa Mayat dengan Kursi Roda ke Bank untuk Buat Pinjaman

Tren
KAI Buka Rekrutmen Program Management Trainee 2024, Ini Syarat, Kriteria Pelamar, dan Tahapannya

KAI Buka Rekrutmen Program Management Trainee 2024, Ini Syarat, Kriteria Pelamar, dan Tahapannya

Tren
Kata Media Asing soal Gunung Ruang Meletus, Soroti Potensi Tsunami

Kata Media Asing soal Gunung Ruang Meletus, Soroti Potensi Tsunami

Tren
Dekan FEB Unas Diduga Catut Nama Dosen Malaysia di Jurnal Ilmiah, Kampus Buka Suara

Dekan FEB Unas Diduga Catut Nama Dosen Malaysia di Jurnal Ilmiah, Kampus Buka Suara

Tren
Apakah Info Penghasilan di Laman SSCASN Hanya Gaji Pokok? Ini Kata BKN

Apakah Info Penghasilan di Laman SSCASN Hanya Gaji Pokok? Ini Kata BKN

Tren
Terkenal Gersang, Mengapa Dubai Bisa Dilanda Banjir Besar?

Terkenal Gersang, Mengapa Dubai Bisa Dilanda Banjir Besar?

Tren
Dampak Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi di Sulawesi Utara Ditutup 3 Jam

Dampak Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi di Sulawesi Utara Ditutup 3 Jam

Tren
Puncak Hujan Meteor Lyrids 21-22 April 2024, Ini Cara Menyaksikannya

Puncak Hujan Meteor Lyrids 21-22 April 2024, Ini Cara Menyaksikannya

Tren
Mengenal Apa Itu 'Cloud Seeding', Modifikasi Cuaca yang Dituding Picu Banjir di Dubai

Mengenal Apa Itu "Cloud Seeding", Modifikasi Cuaca yang Dituding Picu Banjir di Dubai

Tren
Warganet Sebut Insentif Prakerja Gelombang 66 Naik Jadi Rp 700.000, Benarkah?

Warganet Sebut Insentif Prakerja Gelombang 66 Naik Jadi Rp 700.000, Benarkah?

Tren
Kasus Pencurian dengan Cara Ganjal ATM Kembali Terjadi, Ketahui Cara Menghindarinya

Kasus Pencurian dengan Cara Ganjal ATM Kembali Terjadi, Ketahui Cara Menghindarinya

Tren
Rusia Tarik Pasukan yang Duduki Azerbaijan Selama 3,5 Tahun Terakhir

Rusia Tarik Pasukan yang Duduki Azerbaijan Selama 3,5 Tahun Terakhir

Tren
PVMBG: Waspadai Potensi Tsunami dari Erupsi Gunung Ruang

PVMBG: Waspadai Potensi Tsunami dari Erupsi Gunung Ruang

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com