Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai Diduga Babi Ngepet di Depok Disebutkan Ukurannya Mengecil, Ini Kata Peneliti LIPI...

Kompas.com - 28/04/2021, 16:30 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com -Seekor babi berwarna hitam yang diduga jelmaan babi ngepet terus membuat heboh jagat dunia maya sejak pertama kali ditemukan Selasa (27/4/2021) dini hari di Kelurahan Bedahan, Kecamatan Sawangan, Depok, Jawa Barat.

Berdasarkan keterangan warga, babi ini ditangkap di tengah malam sekitar pukul 00.30 WIB oleh sejumlah warga yang bertelanjang badan.

Ini dilakukan, karena dipercaya dapat mempermudah mereka dalam mengamankan babi yang dipercaya sebagai sosok jadi-jadian tersebut.

Baca juga: Viral, Video Ikan Cupang Terkena Sisik Nanas, Apa Penyebab dan Bagaimana Mengobatinya?

Mengutip Kompas.TV (28/4/2021), Ketua RW setempat bernama Abdul Rosad menyebut warganya kaget karena mengetahui ukuran babi yang ditangkap itu semakin lama semakin mengecil setelah dilakukan penangkapan.

Ia menyebut, saat pertama ditangkap babi itu memiliki panjang 50 cm dan lebar 40 cm. Namun beberapa saat kemudian panjangnya menjadi 30 cm sementara lebarnya tetap.

Kondisi itu kemudian banyak dikaitkan dengan hal-hal mistis atau di luar nalar oleh masyarakat juga netizen yang menerima informasi ini.

Baca juga: Berikut Bahaya Konsumsi Daging Babi Menurut Para Ahli Gizi

Namun, bagaimana sesungguhnya ilmu pengetahuan menjelaskan peristiwa ukuran babi yang mengecil?

Peneliti Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Taufik Purna Nugraha menjelaskan, tidak menutup kemungkinan seekor babi bisa mengalami perubahan ukuran tubuh, termasuk mengecil.

Akan tetapi, perubahan ukuran itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar, apalagi hanya dalam hitungan jam.

"Kalau secara ilmiah tidak mungkin (babi mengecil dalam hitungan jam)," kata Opik, sapaan akrab Taufik, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (28/4/2021).

Baca juga: Mengenal Demam Babi Afrika dan Hog Cholera di Sumut

"Kalau kita berbicara di ranah ilmiah, perubahan ukuran tubuh bisa terjadi tetapi tentunya tidak mungkin dilakukan dalam hitungan jam," lanjutnya.

Ia menjelaskan, perubahan ukuran pada hewan membutuhkan waktu yang cukup lama, karena adanya perubahan massa otot dan lemak dari dalam tubuhnya.

Proses ini sama halnya dengan manusia yang menjalani diet tertentu, tubuhnya bisa mengecil seiring efek yang didapat dari dietnya.

Baca juga: Viral, Foto Bumbu Indomie Goreng Ada 2 Macam, Ini Penjelasan Indofood

Tidak secara ekstrem

Namun ada yang perlu digarisbawahi, mengecil dalam hal ini adalah secara bobot, bukan ukuran posturnya.

"Tidak mungkin mengubah ukuran rangka (tulang) sebagai penunjang tubuh. Penurunan massa tulang (memang) bisa terjadi, misalnya pada usia senja di mana terjadi dekalsifikasi (pengeroposan), tetapi memerlukan waktu yang lebih panjang lagi," jelas dia.

Baca juga: Waspada Penyebarannya, Ini yang Perlu Diketahui soal Demam Babi Afrika

Perubahan yang terjadi pun tidak akan secara ekstrem atau signifikan.

"Tidak misalnya dari sebesar kambing menjadi sebesar kucing," imbuh dia.

Ketika disinggung adanya kemungkinan babi mengalami stres, Opik juga menyebut semua itu tetap butuh waktu agar stres berdampak pada bobot babi tersebut.

"Kalau hewan stres bisa saja ukuran berkurang dalam artian berat badan menurun akibat tidak mau makan, misalnya. Tetapi tetap berproses mulai dari membakar cadangan lemak sampai pada tahap ekstrem membakar massa otot untuk jadi energi," papar dia.

Baca juga: Deretan Hewan yang Tinggal di Kutub Utara dan Selatan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com