KOMPAS.com - Amerika Serikat dan Inggris segera mengirimkan bantuan ventilator dan bahan vaksin ke India yang tengah memerangi gelombang kedua pandemi Covid-19.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan, pasokan pertama dari sembilan peti kemas maskapai penerbangan dari Inggris, termasuk ventilator dan konsentrator oksigen, direncanakan tiba di India Selasa (27/4/2021) pagi.
Pihaknya juga berjanji untuk memberi bantuan India semaksimal mungkin.
Baca juga: Situasi India Saat Ini: Orang-orang Sekarat, Kondisi Tak Terkendali...
Sementara itu, Amerika Serikat mengatakan sedang membuat bahan produksi vaksin, terapi, tes, ventilator, dan peralatan pelindung yang segera tersedia untuk India.
Namun, mereka tidak menyebutkan apakah akan mengirim vaksin AstraZeneca yang saat ini sedang surplus di AS.
Selama empat hari berturut-turut, India memecahkan rekor dunia kasus Covid-19 harian yang mengakibatkan penuhnya rumah sakit dan krematorium.
Lonjakan dalam beberapa hari terakhir memaksa keluarga pasien meminta pasokan oksigen dan lokasi tempat tidur rumah sakit yang tersedia melalui media sosial.
Negara berpenduduk 1,3 miliar itu telah menjadi hotspot terbaru dari pandemi yang telah menewaskan lebih dari tiga juta orang.
"Dia terengah-engah, kami melepas masker wajahnya dan dia menangis dan berkata 'selamatkan saya, tolong selamatkan saya'," kata seorang warga bernama Mohan Sharma, dikutip dari AFP, Senin (26/4/2021).
"Tapi saya tidak bisa berbuat apa-apa. Saya hanya melihatnya mati," sambungnya.
Perancis, Jerman, dan Kanada juga telah menjanjikan dukungan kepada India.
Baca juga: Update Corona Dunia 26 April: 10 Negara dengan Kasus Terbanyak | Situasi di India
Pemerintah India menghadapi kritik yang meningkat karena mengizinkan pertemuan massal di seluruh negeri dalam beberapa pekan terakhir.
Jutaan orang juga diketahui menghadiri festival keagamaan dan demonstrasi politik yang menimbulkan kerumunan massa.
Liga Premier India juga berada di bawah tekanan, setelah surat kabar terkemuka menangguhkan liputan atas keputusan IPL untuk tetap bermain kriket selama gelombang terbaru.
Baca juga: Varian Virus Corona di India Disebut Bisa Lolos Tes PCR, Ini Kata Epidemiolog
Pada Minggu (25/4/2021), Twitter mengonfirmasi bahwa mereka menahan lusinan tweet, termasuk dari anggota parlemen oposisi atas permintaan pemerintah.
Twit itu berisi kritikan terhadap pemerintah atas penanganan virus corona.
Pemerintah menggunakan Undang-Undang Teknologi Informasi Tahun 2000 dalam permintaannya.
"Saat kami menerima permintaan hukum yang sah, kami meninjaunya berdasarkan Peraturan Twitter dan hukum setempat," kata juru bicara Twitter.
"Jika konten melanggar aturan Twitter, konten tersebut akan dihapus dari layanan. Jika ditetapkan sebagai ilegal di yurisdiksi tertentu, tetapi tidak melanggar Aturan Twitter, kami dapat menahan akses ke konten tersebut hanya di India," sambungnya.
Baca juga: Penyebab Tsunami Covid-19 di India: dari Mutasi Virus hingga Pelonggaran Prokes
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.