Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/04/2021, 14:57 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selama enam hari berturut-turut, India melaporkan kasus harian infeksi Covid-19 melebihi 200.000 kasus.

Terbaru, 259.170 kasus baru dilaporkan pada Selasa (20/4/2021) dengan 1.761 kasus kematian baru.

Lonjakan kasus di India ini mungkin akibat dari kegagalan pemerintah dalam mencegah gelombang kedua Covid-19.

Glorifikasi penurunan kasus sejak September 2020 dan vaksinasi Covid-19, membuat mereka lengah dan mengizinkan kegiatan yang menimbulkan kerumunan massa.

Baca juga: Gejala Baru Covid-19 Saat Terjadi Gelombang Kedua di India, Apa Saja?

Dikutip dari BBC, Senin (19/4/2021), pada awal Maret 2021, Menteri Kesehatan India Harsh Vardhan menyatakan, negara itu berada di ujung peperangan melawan pandemi virus corona.

Vardhan juga memuji kepemimpinan Perdana Menteri Narendra Modi sebagai contoh bagi dunia dalam kerja sama internasional. Sebab, India terus mengirimkan vaksin ke negara-negara asing sejak Januari 2021 sebagai bagian dari diplomasi vaksin.

Optimisme tak terkendali Vardhan didasarkan pada penurunan tajam infeksi yang dilaporkan.

Sejak puncak rata-rata lebih dari 93.000 kasus per hari pada pertengahan September, infeksi terus menurun.

Pada pertengahan Februari 2021, India menghitung rata-rata 11.000 kasus sehari. Rata-rata kematian harian akibat Covid-19 juga turun hingga di bawah 100.

Euforia dalam memberantas virus itu telah terbangun sejak akhir tahun lalu. Politisi, pembuat kebijakan, dan bagian dari media percaya bahwa India benar-benar keluar dari masalah.

Baca juga: Gelombang Kedua Corona di India: Rumah Sakit dan Krematorium Kewalahan

Pemilu dan izin penonton kriket

Pekerja medis membawa jenazah korban Covid-19 di krematorium New Delhi, India, pada 19 April 2021. Ibu kota India itu menerapkan lockdown sejak Senin malam untuk mencegah kolapsnya sistem kesehatan.AP PHOTO/Manish Swarup Pekerja medis membawa jenazah korban Covid-19 di krematorium New Delhi, India, pada 19 April 2021. Ibu kota India itu menerapkan lockdown sejak Senin malam untuk mencegah kolapsnya sistem kesehatan.
Pada akhir Februari 2021, otoritas pemilu India mengumumkan pemilu penting di lima negara bagian, dengan 186 juta orang berhak memberikan suaranya.

Mulai 27 Maret 2021, pemungutan suara berlangsung selama sebulan. Di negara bagian Benggala Barat, pemilu diadakan dalam delapan tahap.

Kampanye juga telah dimulai dengan gencar, tanpa protokol keamanan, dan jarak sosial.

Pada pertengahan Maret, dewan kriket mengizinkan lebih dari 130.000 penggemar, sebagian besar tanpa masker untuk menonton dua pertandingan kriket internasional antara India dan Inggris di Stadion Narendra Modi di Gujarat.

Dalam waktu kurang dari sebulan, banyak hal mulai terurai. India berada dalam cengkeraman gelombang kedua virus yang menghancurkan dan kota-kota menghadapi penguncian baru.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Resmi, Ini Rincian Tarif Listrik PLN yang Berlaku per 1 April 2024

Resmi, Ini Rincian Tarif Listrik PLN yang Berlaku per 1 April 2024

Tren
Cara Menghitung THR Karyawan Tetap, Pegawai Kontrak, dan Pekerja Lepas

Cara Menghitung THR Karyawan Tetap, Pegawai Kontrak, dan Pekerja Lepas

Tren
Gerhana Matahari Total Akan Terjadi Jelang Idul Fitri, Bisakah Dilihat di Indonesia?

Gerhana Matahari Total Akan Terjadi Jelang Idul Fitri, Bisakah Dilihat di Indonesia?

Tren
Berapa Denda BPJS Kesehatan jika Menunggak Iuran? Ini Perhitungannya

Berapa Denda BPJS Kesehatan jika Menunggak Iuran? Ini Perhitungannya

Tren
BI Batasi Penukaran Uang Baru untuk Lebaran 2024 Rp 4 Juta Per Orang, Ini Alasannya

BI Batasi Penukaran Uang Baru untuk Lebaran 2024 Rp 4 Juta Per Orang, Ini Alasannya

Tren
8 Ikan yang Tidak Boleh Dimakan Ibu Hamil, Apa Saja?

8 Ikan yang Tidak Boleh Dimakan Ibu Hamil, Apa Saja?

Tren
Prakiraan BMKG: Daftar Wilayah yang Berpotensi Alami Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 19-20 Maret 2024

Prakiraan BMKG: Daftar Wilayah yang Berpotensi Alami Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 19-20 Maret 2024

Tren
[POPULER TREN] Penjelasan Kitabisa soal Pemilik Xpander Tabrak Porsche yang Disebut Galang Dana | Fenomena Refleksi Sinar Matahari di Dekat Sumatera

[POPULER TREN] Penjelasan Kitabisa soal Pemilik Xpander Tabrak Porsche yang Disebut Galang Dana | Fenomena Refleksi Sinar Matahari di Dekat Sumatera

Tren
Kiky Saputri Keguguran karena Kista Ovarium, Berikut Gejalanya

Kiky Saputri Keguguran karena Kista Ovarium, Berikut Gejalanya

Tren
Agar Tetap Sehat, Ini Waktu Terbaik Olahraga Saat Berpuasa

Agar Tetap Sehat, Ini Waktu Terbaik Olahraga Saat Berpuasa

Tren
Resmi, Ini Kelompok Pekerja yang Berhak Dapat THR 2024

Resmi, Ini Kelompok Pekerja yang Berhak Dapat THR 2024

Tren
Alami Keputihan dan Flek Coklat, Apakah Puasanya Masih Sah?

Alami Keputihan dan Flek Coklat, Apakah Puasanya Masih Sah?

Tren
Insiden Terbaru Pesawat Boeing, Panel Lepas Sebelum Mendarat

Insiden Terbaru Pesawat Boeing, Panel Lepas Sebelum Mendarat

Tren
4 Perusahaan Diduga Korupsi Pembiayaan Ekspor Rp 2,5 Triliun di LPEI

4 Perusahaan Diduga Korupsi Pembiayaan Ekspor Rp 2,5 Triliun di LPEI

Tren
Viral, Video Uang Kertas Emisi Terbaru Disebut Bisa Digunakan Saat Lebaran 2024, BI: Hoaks!

Viral, Video Uang Kertas Emisi Terbaru Disebut Bisa Digunakan Saat Lebaran 2024, BI: Hoaks!

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com