KOMPAS.com - Lemari pendingin atau kulkas kini menjadi piranti vital dalam setiap rumah. Digunakan untuk menyimpan berbagai olahan pangan penting, baik bahan mentah maupun sajian yang sudah siap santap.
Semua pemilik kulkas atau penikmat es, sudah seharusnya berterima kasih kepada William Cullen, sang penemu mesin pendingin.
Berkat Cullen, kini setiap rumah bisa mengawetkan makanan dengan aman dan memproduksi es batu untuk pelepas dahaga.
Dalam livescience disebutkan bahwa kulkas memiliki cara kerja menciptakan suhu dingin dengan mengusir suhu panas.
Baca juga: Sejarah Frozen Food, Terinspirasi dari Suku Inuits Asal Amerika
Sebelum kulkas ditemukan, dulu nenek moyang kita mengawetkan makanan dengan menggunakan suhu dingin alami dari alam.
Orang Eropa khususnya, karena memiliki salju, mengawetkan makanan dengan membawanya ke danau-danau yang membeku.
Ilmu mengawetkan makanan dengan suhu dingin memang sudah ditemukan dari ribuan tahun yang lalu.
Diawali di dataran China sekitar tahun 1000 SM, dimana orang akan mencari es atau salju dan memasukannya ke dalam rumah untuk mengawetkan makanan.
Lima ratus tahun kemudian, ditemukan fakta bahwa orang Mesir dan India memiliki tradisi meletakkan air dalam mangkuk-mangkuk gerabah di luar rumah semalaman suntuk untuk mendapatkan air yang membeku atau es.
Es ini, kemudian mereka gunakan sebagai alat pengawet sajian. Tradisi ini dilakukan pula oleh orang Yunani juga Romawi.
Ketika salju tak ditemukan dalam suatu daerah, orang-orang dari masa lalu ini menggunakan bantuan air dari danau atau sumur yang memiliki suhu dingin alami.
Baca juga: Sajadah, Perjalanan Sejarah dan Cara Merawatnya
Kotak es sederhana yang diisi salju dan diawetkan dinginnya oleh berbagai bahan mineral seperti garam, adalah yang menginspirasi William Cullen, seorang ilmuwan kelahiran Skotlandia.
Di tahun 1784, Cullen yang menempuh pendidikan di Universitas Glasglow di bidang kimia, fisika dan kedokteran ini melakukan eksperimen mesin pendingin sederhana.
Cullen berhasil memastikan satu fakta ilmiah yang sudah dipraktekkan oleh nenek moyangnya, bahwa bakteri tak bisa berkembang di suhu dingin.
Cullen kemudian melakukan percobaan, yaitu menggunakan pompa untuk menciptakan vakum parsial di atas sebuah tempat yang menampung dietil eter yang lantas dipanaskan.
Uap air dari proses pemanasan tersebut ternyata berhasil menciptakan bongkahan es kecil-kecil.
Namun percobaan pertama yang berhasil ini belum dipatenkan apalagi dikomersialkan.
Baca juga: Sejarah Cinnamon Roll, Roti Kayu Manis Asal Swedia Favorit Dunia
Ilmu yang diwariskan Cullen, akhirnya dikembangkan oleh banyak ilmuwan.
Pertama adalah Oliver Evans, ilmuwan Amerika, yang membangun sebuah kotak pendingin dengan menggunakan kompresi uap di tahun 1805.
Dilanjutkan pula oleh Michael Faraday di tahun 1820, yang menggunakan amonia untuk menciptakan suhu dingin.
Dari seluruh ilmuwan yang mendedikasikan ilmunya untuk menciptakan mesin pendingin, justru Jacob Perkins lah yang mendapatkan hak paten.
Mitra kerja Evans ini adalah ilmuwan yang membangun teknologi kompresi uap menggunakan cairan amonia untuk menciptakan suhu dingin. Hak patennya ia terima di tahun 1835.
Tepat di tahun 1842, John Gorrie, seorang dokter berkebangsaan Amerika, juga membangun mesin pendingin seperti milik Evans yang lantas ia gunakan untuk menurunkan suhu panas para pasien demam kuning di rumah sakit Florida.
Semenjak itu, perkembangan mesin pendingin terus berjalan dari tahun ke tahun. Banyak ilmuwan yang menciptakan ilmu-ilmu baru untuk menyempurnakan bentuk dan teknologi mesin pembuat es.
Di akhir abad ke-19, popularitas kulkas makin meluas. Di tahun 1870, untuk pertama kalinya salah satu produsen bir di Brooklyn, New York, memasang kulkas di gudang penyimpanannya. Hal ini diteruskan dan ditiru oleh berbagai produsen minuman lainnya.
Di awal tahun 1920, kulkas sudah memasuki pintu-pintu hunian rakyat Amerika.
Kulkas pun terus melaju mengalami perkembangan-perkembangan. Kini untuk menciptakan es, hampir semua mesin pendingin menggunakan media pendingin berupa freon.
Baca juga: Sejarah Keju, Dimulai dari Yunani Kuno dan Berkembang di Romawi Kuno
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.