Hasilnya, molekul tersebut berhasil memulihkan kemampuan SARS-CoV-2 untuk
bereplikasi pada sel yang terinfeksi HRV.
“Penelitian kami menunjukkan bahwa rhinovirus manusia memicu respons imun bawaan dalam sel epitel pernapasan manusia, yang menghalangi replikasi virus COVID-19, SARS-CoV-2,” kata penulis senior dalam studi itu, Prof. Pablo Murcia.
Ia mengatakan, hal ini berarti respons kekebalan akibat infeksi virus flu biasa bisa memberikan perlindungan sementara terhadap SARS-CoV-2 yang berpotensi memblokir penularan dan mengurangi keparahan.
Peneliti kemudian melakukan perhitungan simulasi matematika untuk memprediksi bagaimana jumlah infeksi HRV yang berbeda memengaruhi penyebaran SARS-CoV-2 dalam sebuah populasi.
Hasilnya, jumlah infeksi baru SARS-CoV-2 berbanding terbalik dengan jumlah infeksi HRV.
Artinya, jika virus flu biasa menjadi cukup luas dan persisten, maka untuk sementara ini bisa mencegah penyebaran SARS-CoV-2.
Dalam peneitian yang terbit di The Journal of Infection Diseases ini, para peneliti menunjukkan, sistem kekebalan mungkin telah berevolusi untuk memungkinkan HRV mereplikasi dan menularkan ke inang baru.
Di sisi lain, virus mencegah infeksi virus yang lebih parah yang berpotensi mematikan.
Baca juga: Studi: Penyintas Covid-19 Dimungkinkan Cukup Dapat Satu Dosis Vaksin mRNA
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.