KOMPAS.com - Alat tes Covid-19 buatan UGM GeNose menjadi perbincangan warganet setelah dipicu cuitan standup comedian, Kiki Saputri.
Melalui akun @kikysaputrii dia menyebut, GeNose sudah teruji, akurasi di atas 90 persen, dan biaya tes sekitar Rp 25.000. Namun kenapa belum diizinkan beredar?
Sejumlah warganet mengomentari unggahan tersebut, termasuk membandingkannya dengan tes Covid-19 PCR dan swab antigen.
Baca juga: GeNoSe, Alat Deteksi Covid-19 Buatan UGM akan Digunakan di Stasiun, Ini Peringatan Epidemiolog
Menanggapi inovasi alat deteksi Covid-19, GeNose yang dikembangkan UGM ini, ahli biologi molekuler Eijkman Profesor Amin Soebandrio mengatakan bahwa alat tersebut tidak bisa menggantikan alat tes berbasis polymerase chain reaction.
— ???????? (@namazur0) March 28, 2021
Nah ini, kenapa genose tidak banyak beredar ya ? Malah swab,pcr atau antigen bukan untuk lacak siapa aja yang kena covid malah jadi syarat untuk pergi atau melakukan acara di suatu tempat,
— Nofrizal Wardoyo (@nofrizalwardoyo) March 27, 2021
Apa perbedaan tes Covid-19 menggunakan PCR, swab antigen dan GeNose?
PCR menjadi metode tes yang paling dianjurkan baik oleh WHO karena dapat mencari materi genetik dari virus.
Ini metode yang paling akurat dalam mendeteksi virus corona SARS-CoV-2. Namun, tes PCR membutuhkan waktu yang lebih lama. Pemeriksaan sampel pun hanya bisa dilakukan di laboratorium dengan kelengkapan khusus.
Baca juga: Cara Kerja GeNose yang Jadi Alat Deteksi Covid-19 di Stasiun
Cara kerja
Tes PCR menggunakan sampel lendir yang diambil dari hidung atau tenggorokan. Ini bertujuan untuk mencari materi genetik dari virus corona.
Teknologi yang digunakan disebut polymerase chain reaction (PCR). Materi virus dapat dideteksi ketika seseorang terinfeksi secara aktif.
Pemeriksaan menggunakan metode PCR membutuhkan waktu beberapa jam hingga lebih dari satu hari untuk menunjukkan hasil.
Baca juga: Catatan Ahli Biologi Molekuler untuk GeNose Buatan UGM
Tingkat akurasi
Hasil tes bisa diperoleh dalam beberapa jam dan tingkat akurasinya mendekati 100 persen.
Angka negatif palsu dalam PCR bervariasi tergantung pada berapa lama infeksi telah ada.
Adapun, negatif palsu adalah hasil tes yang mengatakan tidak memiliki virus padahal benar-benar terinfeksi virus.
Selain itu, sensitivitas jenis tes ini dapat menunjukkan hasil positif Covid-19 karena materi genetik virus masih terdapat pada pasien yang telah sembuh dan tidak menularkan Covid-19.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.