KOMPAS.com - Setiap tahun, jutaan orang di berbagai negara memadamkan lampu mulai pukul 20.30 hingga 21.30 pada hari Sabtu terakhir di bulan Maret.
Tradisi tahunan itu diberi nama 'Earth Hour', yang bertujuan untuk mengampanyekan dampak perubahan iklim serta pentingnya mengembangkan energi terbarukan yang ramah lingkungan.
Tahun ini, Earth Hour kembali diperingati pada 27 Maret 2021 dengan tema 'Unity in Biodiversity' atau Persatuan dalam Keanekaragaman Hayati.
Baca juga: Malam Ini, Earth Hour ke-13 dilakukan 60 menit Non-stop Secara Daring
Selain aksi simbolis memadamkan lampu selama satu jam, pelaksanaan Earth Hour 2021 juga akan berfokus pada empat isu utama, yaitu:
????See our planet in a new light????
— Earth Hour Official (@earthhour) March 26, 2021
Share this video to take part in the #EarthHour Virtual Spotlight! 2020 taught us the importance of distance, but the issues facing our planet can only be solved if we unite????Small actions make a big difference????Take the first step & RT ???? pic.twitter.com/LyYUKNvXu0
Baca juga: Peringatan Earth Hour, 4 Sumber Energi Ini Juga Bisa Selamatkan Bumi
Mengutip Business Today, Earth Hour diinisiasi oleh WWF dan sejumlah organisasi lain di Sydney, Australia pada tahun 2007 lalu.
Pada waktu itu, para inisiator gerakan ini berhasil mengajak 2,2 juta orang untuk memadamkan lampu selama satu jam, sebagai bentuk dukungan untuk melawan perubahan iklim.
Seiring berjalannya waktu, Earth Hour mulai diterima sebagai sebuah gerakan global yang diikuti oleh berbagai elemen masyarakat di seluruh dunia.
Ikon-ikon negara dari seluruh dunia juga turut berpartisipasi dalam gerakan ini, termasuk Menara Eiffel di Perancis, Jam Besar Big Ben di Inggris, Gedung Opera Sydney di Australia, dan Empire State Building di Amerika Serikat.
"Earth Hour adalah gerakan terbuka dan kami menyambut siapa saja yang ingin ambil bagian dalam upaya mempersatukan umat manusia untuk melindungi planet kita," tulis pernyataan di laman Earth Hour.
Baca juga: Peringatan “Earth Hour”, Lampu 3 JPO Instagramable di Jakarta Dipadamkan
Mengutip Kompas.com, Sabtu (27/3/2021) yayasan World Wild Fund (WWF) Indonesia beserta komunitas Earth Hour di 30 kota mengajak seluruh masyarakat untuk bersatu dan melindungi masa depan keanekaragaman hayati.
CEO WWF Indonesia, Dicky Simorangkir mengatakan, dunia saat ini tengah menghadapi masa krusial, yakni mencoba memulihkan diri dari dampak pandemi Covid-19.
"Maka dari itulah kita perlu menempatkan alam sebagai solusi utama bagi upaya pemulihan kehidupan didunia untuk memastikan masa depan ekonomi dan masyarakat kita," kata Dicky, dalam konferensi pers pada Kamis, (25/3/2021).
Dicky mengungkapkan, manusia sangat membutuhkan alam untuk keberlangsungan hidupnya, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.
Oleh karena itu, perlu tindakan nyata untuk menyelamatkan bumi beserta seluruh ekosistemnya, yang kemudian mendorong lahirnya gerakan Earth Hour di seluruh dunia.
Baca juga: Cara Merekam Video Call WhatsApp di Android dan iPhone
Di Indonesia, gerakan Earth Hour mulai diinisiasi oleh yayasan WWF Indonesia pada tahun 2009.
Pelaksanaan Earth Hour di Tanah Air telah mendapat dukungan dari mitra yang tersebar di 128 kota, dan digerakkan oleh 2.000 relawan muda di 33 kota, serta didukung oleh 2 juta warganet melalui aktivitas digital.
Pada tahun 2019, Earth Hour resmi menjadi komunitas yang tersebar di 33 kota, mulai dari Sabang hingga Merauke.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.