"Bantuan tersebut dibagi dua kategori, yakni bantuan khusus RM50,000 sekiranya terjadi efek samping serius sehingga memerlukan perawatan panjang di rumah sakit dan RM500,000 jika terjadi kematian disebabkan oleh vaksin Covid-19," katanya.
Adham Baba mengatakan dana permulaan tersebut berasal dari Kumpulan Uang Amanah Bantuan Negara (KWABBN) yang dikelola oleh Lembaga Pengurusan Bencana Negara (NADMA) dan ditujukan sebagai bantuan khusus efek samping vaksinasi Covid-19.
Baca juga: [HOAKS] Vaksin Covid-19 Pfizer Dijual Online di Malaysia
Negara di Amerika Selatan ini mencatatkan rekor penambahan kematian tertinggi selama pandemi Covid-19 pada Selasa (23/3/2021), yakni dengan 3.251 kasus.
Dilansir dari The Guardian, Rabu (24/3/2021), penambahan tertinggi tersebut bertepatan dengan dilantiknya menteri kesehatan keempat sejak pandemi Covid-19.
Sementara itu, berdasarkan laporan dari Reuters, rekor harian baru penambahan kasus kematian tersebut menjadi cerminan skala wabah di Brasil saat ini.
Presiden Brasil, Jair Bolsonaro berada di bawah tekanan setelah berulang kali menganggap enteng virus ini, menabur keraguan tentang vaksin dan justru memerangi tindakan penguncian negara bagian dan lokal.
Selain itu, Bolsonaro telah mendapatkan kecaman atas upayanya untuk melawan penguncian, mengabaikan mandat penggunaan masker dan menganjurkan pengobatan yang belum terbukti seperti hydroxychloroquine.
Baca juga: Masih Pandemi, Bagaimana Ketersediaan Vaksin Covid-19 di Indonesia?
Tingkat infeksi Covid-19 di Negeri Matador, Spanyol, mengalami kenaikan tipis pada Selasa (23/3/2021).
Kenaikan ini berbanding terbalik dengan apa yang terjadi pada Minggu lalu saat Spanyol mencatatkan level infeksi terendah sejak Agustus 2020.
Menteri Kesehatan Carolina Darias memperingatkan bahwa terjadi peningkatan kasus di beberapa wilayah, seperti Madrid dan Catalonia.
Adapun kementerian kesehatan melaporkan 5.516 kasus baru, sehingga jumlah keseluruhan negara itu menjadi 3,23 juta. Korban meninggal bertambah 201 menjadi 73.744.
Tidak seperti beberapa negara Eropa lainnya, Spanyol telah menahan pemberlakuan pesanan tinggal di rumah secara nasional sejak akhir 2020.
Baca juga: Spanyol Alami Hujan Salju Terburuk dalam 50 Tahun Terakhir, Apa Penyebabnya?
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendorong lebih banyak produsen vaksin Covid-19 untuk mengikuti petunjuk dan lisensi teknologi AstraZeneca, guna mengatasi ketidakadilan vaksin yang berkelanjutan dan "tidak masuk akal".
Dilansir dari Reuters, Selasa (23/3/2021), vaksin AstraZeneca, yang menurut data AS menunjukkan aman dan efektif meskipun beberapa negara menangguhkan suntikan itu karena masalah kesehatan.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyerukan agar lebih banyak produsen mengadopsi model ini untuk meningkatkan pasokan.
"Kesenjangan antara jumlah vaksin yang diberikan di negara-negara kaya dan jumlah yang diberikan melalui Covax terus meningkat dan menjadi semakin tidak masuk akal setiap hari," kata Tedros.
"Distribusi vaksin yang tidak adil bukan hanya kemarahan moral. Ini juga merugikan diri sendiri secara ekonomi dan epidemiologis," ujar Tedros melanjutkan.
Baca juga: Peneliti WHO Ungkap Asal Usul Virus Corona hingga Cara Penyebarannya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.