Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Joseph Osdar
Kolumnis

Mantan wartawan harian Kompas. Kolumnis 

Ketika HB IX Berkisah tentang Penampakan Sultan Agung

Kompas.com - 16/03/2021, 09:43 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEJARAH Indonesia sampai saat ini, dan sampai entah kapan, antara lain diwarnai oleh peristiwa bulan Maret tahun 1602 di Belanda.

Maret, 419 tahun lalu di Belanda terjadi penggabungkan perseroan-perseroan dagang yang sebelumnya saling bersaing menjadi Perserikatan Maskapai Hindia Timur, VOC atau Verenigde de Oost-Indische Compagnie.

Penggabungan ini terjadi setelah sekitar 4 atau 5 tahun sebelumnya, yakni 1598, Parlemen Belanda (Staten Generaal), mendesak agar persaingan antara kelompok usaha ini diakhiri.

Persatuan kumpulan badan usaha ini yang kemudian menjajah Nusantara selama 179 tahun, lebih lama dari usia RI bila dihitung sampai saat ini.

Hari Minggu, 9 Juli 1995, saya bersama teman-teman wartawan dari Indonesia datang ke museum maritim nasional Belanda di tepi pelabuhan Amsterdam, Het Scheepvaart.

Ketika itu Kerajaan Belanda sedang mempersiapkan acara Internasional Sail 95 dan kunjungan Ratu Beatrik ke Indonesia.

Minggu itu di museum itu diadakan tonil atau drama di kapal VOC (replika) yang bernama “Batavia”. VOC dan kapal layar Batavia ini menjadi salah satu pameran utama festival maritim Sail 95 tersebut.

Para pemandu wartawan dari Indonesia mengatakan, VOC dan kapal ini adalah kebanggaan sejarah Belanda.

Penonton kebanyakan anak-anak Belanda yang sedang libur sekolah. Anak-anak Belanda masuk ke kapal itu sambil menyaksikan drama keberangkatan orang-orang VOC ke belahan bumi Asia.

Dalam sandiwara ini ditampilkan, orang-orang VOC itu dihantar sebagai para “pahlawan” Belanda menuju benua baru. Kepada teman-teman dari wartawan Indonesia saat itu saya mengatakan, “kita hadir di sini sebagai para duta Sultan Agung yang dulu memerangi dan berusaha mengusir VOC dari bumi Nusantara."

Spontan saya mengatakan hal itu karena teringat akan cerita dari Almarhum Sultan Hamengkubuwono IX tentang penampakan Sultan Agung di pertengahan tahun 1940-an (300 tahun setelah Sultan Agung wafat, tahun 1645).

Ketika itu, saat acara drama VOC itu berlangsung, saya mengatakan kepada salah seorang pemandu kami dari Kementrian Luar Negeri Belanda, Anneke M van der Mark, “Kebanggan Belanda ini adalah sejarah kelam bagi sejarah Nusatara.”

Anneke nampaknya tidak menghiraukan apa yang saya katakan. Ia hanya mengeluarkan suara dari kedua bibir merahnya, ya, ya, ya, tatkala saya bercerita tentang betapa gigihnya Sultan Agung (memerintah Mataram 1613- 1645), berusaha mengusir VOC dari tanah Jawa. Nampaknya Anneke tidak begitu tahu tentang sejarah Sultan Agung.

Anneke yang cantik dan ibunya pernah tinggal di Indonesia itu banyak mengrenyitkan jidatnya ketika saya bercerita tentang penampakan Sultan Agung kepada beberapa orang di Indonesia setelah puluhan tahun beliau wafat.

Anneke sedikit senyum ketika cerita saya ini berdasarkan kisah tertulis yang disampaikan oleh Sultan Hamengku Buwono IX.

HB IX sejak usia lima tahun sampai 28 tahun hidup dalam keluarga orang-orang Belanda di Indonesia dan selama menuntut ilmu di Universitas Leiden, Belanda.

“Ya, ya, ya saya sangat tahu tentang Sultan Hamengku Buwono IX. Dia orang hebat, orang yang lahir di alam feodal tapi berperilaku demokratis modern,” kata Anneke saat itu.

Kepada Anneke, saya juga mengatakan dalam sejarah Indonesia yang ditulis oleh para sejarahwan, termasuk yang dari Belanda, VOC berhasil berkuasa di Nusantara karena melakukan gerakan politik devide et impera (memecah belah atau mengadu satu sama lain kemudian menguasai).

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com