Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Presiden Keempat RI: Abdurrahman Wahid

Kompas.com - 14/03/2021, 17:00 WIB
Mela Arnani,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Abdurrahman Wahid atau lebih terkenal dengan sebutan Gus Dur adalah salah satu tokoh bangsa yang jasanya dikenang hingga sekarang.

Pada Pemilu 1999, Abdurrahman Wahid terpilih sebagai Presiden ke-4 RI, menggantikan presiden sebelumnya, Bacharuddin Jusuf Habibie.

Gus Dur menduduki kursi orang nomor satu di Indonesia pada 20 Oktober 1999, didampingi Megawati Soekarno Putri sebagai wakil presiden.

Masa pemerintahannya tidak lama. Gus Dur menjabat sebagai Presiden Indonesia hingga 23 Juli 2001.

Setelah itu, masa pemerintahan Indonesia dipimpin oleh Megawati.

Baca juga: Profil Presiden Pertama RI: Soekarno

Pemerintahan Abdurrahman Wahid

Melansir situs resmi Kemendikbud, pria kelahiran Jombang, 7 September 1940 ini mengawali karir politiknya di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Pada masa pemerintahannya, Gus Dur dikenal sebagai Bapak Pluralisme. Ia sangat menjunjung tinggi keberagaman di berbagai hal, terutama suku, agama, dan ras.

Saat memimpin Indonesia, Gus Dur mampu mendobrak diskriminasi warga Tionghoa.

Masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia kembali mendapatkan kebebasan merayakan Tahun Baru Imlek pada 2000.

Saat itu, Gus Dur mencabut Inpres Nomor 14 Tahun 1967 tentang Larangan Kegiatan Perayaan Imlek.

Ia menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2001 pada 9 April 2001.

Dalam Kepres tersebut, ia meresmikan Imlek sebagai hari libur fakultatif atau libur hanya bagi yang merayakannya.

Setahun setelahnya, Megawati Soekarno Putri menggantikan posisi Gusdur. Imlek menjadi hari libur nasional dimulai pada 2003.

Masa kecil

Melansir situs NU, Gus Dur, mempunyai nama asli Abduraahman Addakhil.

Ia merupakan putra sulung dari KH Wahid Hasyim dan cucu dari KH Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU).

Sementara itu, dari pihak ibu, Gus Dur adalah cucu dari KH Bisri Sanuri, pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang Jawa Timur.

Gus Dur menikah dengan Sinta Nuriyah dan dikarunia empat putri.

Mereka, yaitu Zannuba Ariffah Chafsoh Wahid alias Yenni Wahid, Alissa Qotrunnada Wahid, Anita Hayatunnufus Wahid, dan Inayah Wulandari Wahid.

Gus Dur mempelajari agama Islam sejak kecil. Bahkan di usia 5 tahun, dirinya sudah bisa membaca Al-Qur'an.

Baca juga: Profil Presiden Kedua RI: Soeharto

Pendidikan dan karir

Setelah lulus dari sekolah dasar, Gus Dur menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP) di Gowongan.

Pada saat yang sama, ia juga mengaji di Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta.

Selesai dari SMEP, Gus Dur melanjutkan ke Pondok Pesantren Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah selama dua tahun.

Lalu, dia menempuh studi ke Pondok Pesantren Tambak Beras di Jombang.

Gus Dur diberangkatkan untuk menunaikan ibadah haji ke tanah suci di usianya yang terbilang muda, saat berusia 22 tahun.

Setelah itu Gus Dur dikirim belajar ke Al-Azhar University, Kairo, Mesir, Fakultas Syari'ah (Kulliyah al-Syari'ah) dari tahun 1964 sampai 1966.

Ia melanjutkan ke Universitas Baghdad Irak, Fakultas Adab Jurusan Sastra Arab pada 1966 hingga 1970.

Gus Dur juga sempat pergi ke Belanda untuk meneruskan pendidikannya di Universitas Leiden.

Namun ia merasa kecewa karena pendidikannya di Baghdad kurang diakui. Dia pun berpindah ke Jerman dan Perancis sebelum kembali ke Indonesia pada 1971.

Gus Dur kembali ke Jakarta dan bergabung dengan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), organisasi yang terdiri dari kaum intelektual Muslim progresif dan sosial demokrat.

LP3ES mendirikan majalah Prisma, di mana Gus Dur menjadi salah satu kontributor utama, sering berkeliling pesantren dan madrasah di seluruh Jawa.

Selanjutnya, Abdurrahman Wahid meneruskan karirnya sebagai jurnalis. Ia menulis untuk Tempo dan Kompas.

Artikel-artikelnya diterima baik dan mulai mengembangkan reputasi sebagai komentator sosial.

Dengan popularitas intelektualnya, Gus Dur mendapatkan banyak undangan untuk memberikan kuliah dan seminar, membuatnya harus pulang pergi Jakarta-Jombang.

Pada 1974, Gus Dur mendapat pekerjaan tambahan di Jombang sebagai guru di Pesantren Tambakberas.

Satu tahun kemudian, ia menambah pekerjaannya menjadi Guru Kitab Al-Hikam.

Pada 1977, Gus Dur bergabung di Universitas Hasyim Asy’ari sebagai Dekan Fakultas Praktik dan Kepercayaan Islam.

Ia mengajar subyek tambahan seperti pedagogi, syariat Islam, dan misiologi.

Pada 1984, Gus Dur berkiprah di NU hingga menjabat Ketua Umum Tanfidziyah sampai tahun 2000 atau tiga periode.

Gus Dur meninggal dunia pada 30 Desember 2009 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Ia wafat di usia 69 tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

KAI Sediakan Fitur 'Connecting Train' untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

KAI Sediakan Fitur "Connecting Train" untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

Tren
Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Tren
Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Tren
Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Tren
Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Tren
Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Tren
Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Tren
10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

Tren
5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

Tren
Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Tren
PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

Tren
UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

Tren
Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Tren
Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com