Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Vaksin Johnson & Johnson yang Dapat Izin Penggunaan Darurat dari WHO

Kompas.com - 13/03/2021, 19:03 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Vaksin virus corona yang dikembangkan perusahaan Johnson & Johnson telah mendapatkan izin penggunaaan darurat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Jumat, (12/3/2021).

Sebelumnya, WHO juga telah memberikan izin penggunaan darurat vaksin buatan Pfizer/BioNTech dan AstraZeneca. 

Berbeda dengan vaksin Covid-19 kebanyakan, vaksin Johnson & Johnson menjadi vaksin pertama yang hanya membutuhkan satu suntikan. Sementara mayoritas vaksin virus corona memerlukan dua kali suntikan.

Baca juga: WHO Setujui Penggunaan Darurat Vaksin Covid-19 Johnson & Johnson

Berikut 5 hal yang perlu diketahui mengenai vaksin Covid-19 Johnson & Johnson: 

1. Efektivitas

Vaksin Johnson & Johnson bisa diberikan kepada mereka yang berusia di atas 18 tahun. 

Namun vaksin ini memiliki efektivitas yang cenderung lebih rendah dibanding vaksin Pfizer dan Moderna, yakni hanya 66 persen saja.

Dikutip dari Science News, vaksin ini terbukti 66 persen efektif mencegah terjadinya penyakit sedang dan berat.

Kemudian dalam hal mencegah kasus kritis dan membutuhkan rawat inap, efektivitasannya lebih tinggi, yakni 85 persen.

Baca juga: Vaksin Covid-19 Johnson & Johnson Umumkan Angka Efikasi

2. Cara kerja

Vaksin Johnson & Johnson berisi virus flu biasa (adenovirus 26) yang telah direkayasa oleh para peneliti agar membawa instruksi memuat protein lonjakan virus corona ke dalam sel manusia.

Kemudian sel manusia membuat protein virus yang mendorong sistem kekebalan tubuh membuat antibodi dan melatih sel kekebalan untuk menyerang virus corona jika orang tersebut terinveksi nantinya.

Berdasarkan hasil uji coba klinis yang dilakukan pun, vaksin ini disebut memiliki catatan keamanan yang baik.

Baca juga: Vaksin Johnson & Johnson Sekali Suntik, Apa Bedanya dengan Vaksin 2 Kali Suntikan?

3. Kemasan

Berdasarkan CDC, vaksin J&J dikemas dalam botol multidosis. Setiap botol terdiri dari 5 dosis, dengan masing-masing dosisnya adalah 0.5 ml.

Dikarenakan kemasannya yang multidosis, tenaga vaksinasi diminta untuk membuang vial yang tersisa jika jumlahnya tidak mencapai 0.5ml.

Mereka juga dilarang menggabungkan sisa vial dari satu botol dengan sisa dari botol lainnya demi mendapatkan 1 dosis utuh.

Baca juga: Sekali Suntik, Vaksin Johnson & Johnson Efektif Kurangi Risiko Covid-19

4. Penyimpanan

Aapabia dibandingkan dengan vaksin bermasis mRNA selerti Pfizer dan Moderna, Vaksin J&J tergolong tidak sulit penyimpanannya.

Ia tidak harus disimpan di suhu beku atau minus, sehingga memerlukan alat khusus untuk menyimpannya.

Vaksin J&J cukup di simpan pada suhu 2-8 derajat celcius dan ini bisa dilakukan di kulkas biasa.

Dalam kondisi tersegel dan dalam suhu yang sesuai, vaksin ini bisa digunakan sampai tiba masa kedaluwarsanya.

Namun, jika disimpan dalam suhu ruang (maksimal 25 derajat celcius), maka vaksin hanya bisa digunakan hingga 2 jam setelahnya.

Sementara apabila disimpan di lemari pendingin dengan suhu sesuai, namun kondisinya sudah terbuka atau tidak tersegel dengan sempurna, maka hanya baik digunakan hingga 6 jam setelahnya.

Baca juga: Uji Coba Vaksin Corona Johnson & Johnson Tunjukkan Respons Kekebalan Tubuh Kuat

5. Produksi

Perusahaan mengakui pihaknya telah gagal menyediakan 10 juta dosis vaksin pada akhir Februari lalu.

Namun mereka menyebut dapat memiliki 20 juta dosis vaksin pada akhir Maret nanti.

Lebih jauh, mereka bertekad untuk mampu memproduksi 100 juta dosis vaksin pada akhir Juni 2021.

6. Efek samping

Mengutip Healthline, vaksin J&J diketahui memiliki efek samping yang tergolong ringan dan dapat dengan mudah ditangani.

Misalnya hanya dengan istirahat atau mengonsumsi pereda nyeri yang dijual bebas di pasaran.

Baca juga: Efek Samping Vaksin Covid-19 Lebih Mungkin Dirasakan Perempuan, Ini Sebabnya

Efek samping dari vaksin ini terbagi menjadi dua, pertama adalah timbulnya nyeri pada tempat suntikan.

Nyeri ini juga biasanya disertai warna kemerahan atau bengkak pada lokasi suntikan.

Efek ini kebanyakan dirasakan selama 2-3 hari.

Efek kedua adalah efek sistemik, berupa munculnya sejumlah gejala seperti: 

  1. Flu,
  2. Sakit kepala,
  3. Rasa kelelahan,
  4. Nyeri otot,
  5. Mual,
  6. Kemungkinan demam.

Baca juga: 3 Gejala Tidak Biasa Penyakit Diabetes yang Perlu Diwaspadai

Efek berupa demam dilaporkan terjadi pada sekitar 55 persen penerima vaksin.

Rata-rata yang dialami adalah sakit kepala dan rasa kelelahan. Sementara efek mual dan demam sangat sedikit ditemukan.

Semua efek atau gejala tersebut hanya akan berlangsung selama 1-2 hari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Apa yang Terjadi pada Tubuh Ketika Begadang Setiap Hari?

Apa yang Terjadi pada Tubuh Ketika Begadang Setiap Hari?

Tren
Peneliti Temukan Bakteri 'Vampir' Mematikan yang Makan Darah Manusia

Peneliti Temukan Bakteri "Vampir" Mematikan yang Makan Darah Manusia

Tren
8 Buah yang Dapat Meningkatkan Trombosit, Cocok untuk Penderita DBD

8 Buah yang Dapat Meningkatkan Trombosit, Cocok untuk Penderita DBD

Tren
Benarkah Jamu Jahe dan Kunyit Bisa Mengobati Jerawat? Ini Penjelasan Dokter

Benarkah Jamu Jahe dan Kunyit Bisa Mengobati Jerawat? Ini Penjelasan Dokter

Tren
Ramai soal Anak 4 Tahun Bertunangan di Madura, Ini Penjelasan Guru Besar Universitas Trunojoyo

Ramai soal Anak 4 Tahun Bertunangan di Madura, Ini Penjelasan Guru Besar Universitas Trunojoyo

Tren
Terbaru, Inilah Daftar Pinjaman Pribadi dan Investasi Ilegal yang Diblokir OJK per Maret 2024

Terbaru, Inilah Daftar Pinjaman Pribadi dan Investasi Ilegal yang Diblokir OJK per Maret 2024

Tren
Lion Air Tidak Bertanggung Jawab atas Hilangnya Uang Penumpang yang Disimpan Dalam Koper, Ini Alasannya

Lion Air Tidak Bertanggung Jawab atas Hilangnya Uang Penumpang yang Disimpan Dalam Koper, Ini Alasannya

Tren
Ramai soal Cara Mengetes Refleks Moro pada Bayi, Dokter Anak Ingatkan Hal Ini

Ramai soal Cara Mengetes Refleks Moro pada Bayi, Dokter Anak Ingatkan Hal Ini

Tren
5 Fakta Penipuan Katering di Masjid Sheikh Zayed Solo, Kerugian Capai Rp 960 Juta

5 Fakta Penipuan Katering di Masjid Sheikh Zayed Solo, Kerugian Capai Rp 960 Juta

Tren
Penjelasan KCIC soal Indomaret Buka Toko di Dalam Kereta Cepat Whoosh

Penjelasan KCIC soal Indomaret Buka Toko di Dalam Kereta Cepat Whoosh

Tren
Ditutup Besok, Ini Daftar Kereta yang Dapat Diskon 20 Persen dari KAI

Ditutup Besok, Ini Daftar Kereta yang Dapat Diskon 20 Persen dari KAI

Tren
Gunung Taishan Memiliki 6.660 Anak Tangga, Kaki Pengunjung Gemetar hingga Sebagian Harus Ditandu

Gunung Taishan Memiliki 6.660 Anak Tangga, Kaki Pengunjung Gemetar hingga Sebagian Harus Ditandu

Tren
7 Masalah Perilaku pada Anjing Peliharaan dan Cara Mengatasinya

7 Masalah Perilaku pada Anjing Peliharaan dan Cara Mengatasinya

Tren
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CASN 2024, Ini Rincian dan Syaratnya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CASN 2024, Ini Rincian dan Syaratnya

Tren
Google Pecat 28 Karyawan yang Protes Perusahaan Punya Kontrak dengan Israel

Google Pecat 28 Karyawan yang Protes Perusahaan Punya Kontrak dengan Israel

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com