Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Apa Itu N439K, Varian Baru Virus Corona yang Disebut Kebal terhadap Vaksin

Kompas.com - 13/03/2021, 16:05 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap varian baru virus corona N439K.

"Belum lama ini pemerintah mengumumkan varian B.1.1.7 dan di dunia telah terdapat varian baru lagi yang berkembang ditemukan di lnggris yakni N439K," kata Ketua IDI Daeng M Faqih dalam keterangan tertulis, Rabu (10/3/2021).

Varian ini sudah ditemukan di 30 negara dan dinilai lebih "pintar" dari virus corona yang ada sebelumnya.

"Varian N439K ini ternyata lebih smart dari varian sebelumnya karena ikatan terhadap reseptor ACE2 di sel manusia lebih kuat, dan tidak dikenali oleh polyclonal antibody yang terbentuk dari imunitas orang yang pernah terinfeksi," katanya.

Dengan adanya temuan tersebut, IDI mengimbau untuk menerapkan protokol kesehatan yang lebih ketat.

Baca juga: Mutasi Virus Corona B.1.1.7 Terdeteksi di 5 Provinsi, Mana Saja?

Lantas, apa itu varian N439K?

1. Terdeteksi pertama di Skotlandia

Mutasi N439K pertama kali terdeteksi di Skotlandia pada Maret 2020 lalu.

Sejak saat itu, garis keturunan kedua (B.1.258) telah muncul secara independen di negara-negara Eropa lainnya. Sampai pada Januari 2021, varian ini terdeteksi di lebih dari 30 negara di seluruh dunia.

Dilansir dari BBC, 27 Januari 2021, mutasi ini ditemukan pada sekitar 500 sampel yang diambil dari pasien di Skotlandia, tetapi pada Juni penyebaran berkurang berkat pembatasan atau lockdown yang ketat.

Varian yang membawa mutasi ini juga menunjukkan beberapa resistensi terhadap antibodi yang diambil dari pasien yang telah pulih dari virus.

Ini menimbulkan kekhawatiran tentang kemampuan virus untuk menyebabkan infeksi berulang.

Baca juga: Mengenal Vaksin AstraZeneca, dari Diproduksi Inggris hingga Efek Sampingnya...

2. Kebal terhadap antibodi

Dalam jurnal Cell, peneliti menganalisis pengikatan lebih dari 440 sampel serum poliklonal dan lebih dari 140 antibodi monoklonal dari pasien yang pulih.

Mereka menemukan bahwa pengikatan proporsi antibodi monoklonal dan sampel serum secara signifikan berkurang oleh N439K.

Serta yang paling penting, ternyata mutasi N439K ini memungkinkan pseudovirus menolak netralisasi oleh antibodi monoklonal yang telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA).

Kesimpulannya, ada kemungkinan bahwa varian baru N439K ini tidak bisa diatasi dengan vaksin Covid-19 yang ada sekarang.

Baca juga: Tak Hanya Lebih Menular, Varian Baru Virus Corona Inggris Disebut Lebih Mematikan

3. Lebih menular

Seperti diberitakan Kompas.com, Jumat (12/3/2021), tidak ada ciri atau gejala khusus dari varian N439K.

Ahli biologi molekuler Indonesia, Ahmad Utomo mengatakan, meskipun dianggap lebih "pintar" daripada virus corona yang ada sebelumnya, tetapi Ahmad mengatakan sejauh ini tidak ada ciri khususnya.

"Tidak ada ciri khusus dari sisi dampak gejala penyakit paska-terinfeksi," kata Ahmad.

Baca juga: 4 Klaim Keunggulan Vaksin AstraZeneca yang Baru Tiba di Indonesia

Artinya gejala yang akan timbul dari infeksi varian baru N439K ini hampir sama seperti infeksi virus SARS-CoV-2 sebelum termutasi.

Kendati tidak memiliki ciri khas mengenai dampak gejala infeksi akibat varian baru yang satu ini, tetapi diketahui bahwa varian N439K ini relatif lebih mudah menular.

"Memang (varian N439K) relatif lebih mudah menular, sehingga jumlah yang sakit bisa lebih banyak," jelas Ahmad.

Baca juga: 7 Fakta Mutasi Virus Corona B.1.1.7 Inggris yang Sudah Masuk ke Indonesia

Kurangi kegiatan di ruang ber-AC

Para peneliti pun mengimbau pada pemerintah dan masyarakat untuk memperketat protokol kesehatan, melalui 3T dan 5M.

Lebih lanjut, untuk mewaspadai penyebaran virus ini, masyarakat juga diminta untuk menghindari aktivitas di ruang tertutup ber-AC dalam durasi atau waktu yang lama.

Hal ini karena ventilasi udara di ruangan AC dianggap buruk. Virus hanya berputar di dalam ruangan tersebut.

Akan tetapi, jika terpaksa berada di ruangan tertutup dengan AC maka jangan lupa untuk tetap menjaga jarak aman, serta gunakan masker dengan baik dan benar.

Baca juga: Covid-19 Disebut Bisa Menyebar di Bus Ber-AC, Ini Penjelasannya...

(Sumber: Kompas.com/Ellyvon Pranita, Haryanti Puspa Sari | Editor: Gloria Setyvani Putri, Kristian Erdianto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com