Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: MacDonald House Dibom, 3 Orang Tewas, 35 Lainnya Luka-luka

Kompas.com - 10/03/2021, 09:05 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini 56 tahun lalu, atau tepatnya pada 10 Maret 1965, terjadi pengeboman di MacDonald House, Singapura.

Pada pukul 03.07 malam waktu setempat, bom tersebut meledak.

Sebuah paket nitrogliserin seberat 25 lb (11,33 kg), dengan alat pengatur waktu, ditanam di lantai mezanin, dekat lift.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: 5 Bom Meledak di Manila, 14 Orang Meninggal

Bom itu merobek sebuah lubang di lantai, merobek pintu lift dan membuat ruang korespondensi The Hongkong and Shanghai Bank berantakan menurut laporan Straits Times, 6 Februari 2014.

Ledakan itu sangat kuat sehingga semua jendela di gedung-gedung dalam radius 100 meter serta kaca depan kendaraan di tempat parkir di seberang jalan hancur.

Akibat ledakan bom, sebanyak tiga orang tewas dan 35 orang luka-luka.

Baca juga: Ledakan di Beirut Lebanon Disebut Mirip Peristiwa Bom Hiroshima

Melansir Reuters, 7 Februari 2014, pengeboman terjadi selama gerakan "konfrontasi" Indonesia dengan Malaysia yang baru dibentuk, yang ditentang oleh Presiden Soekarno, karena ia memandangnya sebagai boneka pemerintah Inggris.

Pengeboman MacDonald House adalah yang terburuk dari serangkaian serangan penyabot Indonesia selama konfrontasi.

Konfrontasi Indonesia-Malaysia terjadi dari 1963-1966. Singapura adalah bagian dari Malaysia pada saat itu.

Serangan terhadap MacDonald House adalah yang paling keras dari beberapa serangan yang dilakukan oleh anggota Komando Korps Operasi Khusus Indonesia yang telah menyusup ke pulau tersebut.

Baca juga: Melihat Cara Singapura Mengatasi Wabah DBD...

Hukuman gantung

Melansir Channel News Asia, 7 Nov 2020, Singapura berada di garis depan perang yang tidak diumumkan dengan Indonesia.

Selama 1960-an, pulau itu dihujani peluru, bom, dan pertumpahan darah. Lalu puncaknya adalah pengeboman MacDonald House pada 10 Maret 1965.

Dua marinir Indonesia, Osman Haji Mohammed Ali (25) dan Harun Said (21) didakwa di pengadilan pada 16 Maret atas pemboman tersebut dan digantung di Penjara Changi pada 17 Oktober 1968.

Sebagai protes atas hukuman gantung, 400 siswa di Jakarta menyerbu Kedubes Singapura lalu menyerang kediaman konsul serta rumah dua diplomat Singapura.

Baca juga: Kisah Pengambilan Jasad 7 Pahlawan Revolusi di Sumur Lubang Buaya

Di Indonesia mereka berdua menerima status pahlawan nasional dan upacara pemakaman.

Djoko Suyanto, menteri yang bertanggung jawab untuk mengoordinasikan portofolio tersebut mengatakan, Indonesia memiliki kewenangan untuk menetapkan kriteria sendiri untuk penamaan pahlawan dan menamai kapal perang dengan nama mereka.

Macdonald House merupakan bangunan bersejarah berwajah bata yang dibangun pada 1949.

Itu adalah rumah bagi Hongkong dan Shanghai Banking Corp, serta Komisi Tinggi Australia dan konsulat Jepang, pada saat serangan itu.

Baca juga: Viral Diduga Bom Rakitan Palsu di Sulsel Dibuat oleh Pelajar SMP, Ini Faktanya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Tren
20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

Tren
Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Tren
14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

Tren
KAI Sediakan Fitur 'Connecting Train' untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

KAI Sediakan Fitur "Connecting Train" untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

Tren
Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Tren
Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Tren
Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Tren
Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Tren
Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Tren
Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Tren
10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

Tren
5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

Tren
Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Tren
PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com