KOMPAS.com - Kudeta yang dilakukan oleh junta militer Myanmar, Tatmadaw, terhadap pemimpin de facto negara itu, Aung San Suu Kyi, memicu pergolakan sipil dan aksi demonstrasi besar-besaran.
Demonstrasi berlangsung sejak militer menangkap Suu Kyi, beserta sejumlah pejabat partai National League for Democracy (NLD), pada 1 Februari 2021.
Tatmadaw menggulingkan kekuasaan sipil setelah mereka melontarkan tudingan bahwa Suu Kyi dan NLD melakukan kecurangan untuk memenangi Pemilu pada November 2020.
Merespons kudeta yang dilancarkan Tatmadaw, masyarakat sipil Myanmar yang terdiri dari berbagai elemen, seperti buruh, pegawai negeri, pekerja kantoran, tenaga medis, pelajar, dan mahasiswa, menggelar aksi unjuk rasa di berbagai kota.
Para pengunjuk rasa menuntut pembebasan Suu Kyi dan pejabat partai NLD, serta menuntut militer mundur dari pemerintahan.
Berdasarkan pantauan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sedikitnya 38 orang tewas akibat aksi unjuk rasa yang direspons represif oleh aparat, yang mencoba membubarkan massa dengan tembakan senjata api.
Baca juga: Apa yang Sedang Terjadi di Myanmar?
Di media sosial, tagar WhatsHappeningInMyanmar digunakan oleh warganet untuk memperlihatkan situasi terkini Myanmar kepada seluruh dunia.
Foto serta video yang beredar, menunjukkan ribuan orang berdemonstrasi, meneriakkan protes, dan aksi brutal aparat yang mencoba membubarkan mereka.
Dalam beberapa foto, terlihat pengunjuk rasa di Myanmar menggunakan gestur salam tiga jari, mengecup jari telunjuk, tengah, dan kelingking, lalu mengangkatnya ke udara.
Salam tiga jari disebut menyimbolkan semangat perlawanan sipil, yang menuntut kebebasan serta menentang opresi dari aparat militer.
Three-finger salute: A symbol of resistance adopted by #Myanmar protesters.
Explained more at:https://t.co/TJRi6ZxxTS pic.twitter.com/I4Xva3OCi8
— WeTheNagas (@WeTheNagas) March 6, 2021
Whether being shot or detained, Myanmar youths never failed to give their three-finger-salute to their comrades. #Myanmar #MilkTeaAlliance #MilkTeaAllianceMyanmar #StandWithHongKong #StandWithMyanmar #R2PMyanmar #WhatsHappeningInMyanmar #RejectMilitaryCoup pic.twitter.com/DNPHhys7FK
— Dialogue Asia (@DialogueAsia) March 1, 2021
People flash a three-finger salute as they attend the funeral of victims shot dead during the anti-coup protest in Yangon, Myanmar, March 5, 2021. REUTERS/Stringer #WhatsHappeningInMyanmar pic.twitter.com/b0yA1DBfow
— Wa Lone (@walone4) March 6, 2021
Salam tiga jari kembali terlihat pada 8 Februari 2021, saat aksi unjuk rasa besar-besaran digelar di jalanan kota Yangon.
Melalui sosial media, gestur itu menyebar luas dan menjadi simbol perlawanan serta solidaritas perjuangan demokrasi, yang selalu hadir di setiap aksi unjuk rasa.
Beberapa tahun sebelum pergolakan sipil melanda Myanmar, tepatnya pada tahun 2014, salam tiga jari sudah terlebih dulu muncul di Thailand.
Gestur tersebut pertama kali muncul saat aksi unjuk rasa menentang kudeta yang dilakukan oleh militer Thailand pada Mei 2014.