Lewat brand-nya Santoon Official, ia melahirkan sarung-sarung kasual yang bisa dipadupadankan dengan jeans dan sepatu boot.
Sarung kasualnya ini terbuat dari tenun juga lurik. Dengan teknik ikat dan lipit, sarungnya bisa dipadukan dengan blus semi kasual atau malah kaus kekinian.
Priscilla sendiri mengaku merambah bahan sarung sejak dua tahun yang lalu. Kala itu, produk sarungnya laris manis di pasaran. Hampir 70 persen karyanya menggunakan sarung.
Namun ketika Covid-19 datang, pesanan sarung kasual miliknya menurun drastis. Ia kini bertahan di desain sarung semi formal, yang masih banyak dipesan oleh para ibu Dharma Wanita baik di area Jawa Tengah, Jawa Barat maupun Jawa Timur.
Pandemi memang menghambat laju fesyen. IFC yang biasanya menggelar fashion show atau parade untuk merayakan hari sarung nasional, sudah dua kali ini vakum dari kegiatan.
Meski begitu, sebagian besar anggota dan pengurus IFC masih tetap optimis tren sarung bisa bertahan lama meski sempat tergilas pandemi.
Baca juga: Menelisik Sejarah Sarung, Pakaian yang Kini Identik dengan Maruf Amin
Sudarna mengatakan, sarung tak akan dengan mudahnya surut dari dunia fesyen nasional mengingat sejarah sarung yang teramat panjang di Indonesia.
"Sarung datang ke Nusantara kemudian menjadi bagian dari sejarah, adat dan budaya kita. Jadi tren sarung ini saya rasa akan berlangsung lama," paparnya.
Hal senada juga diyakini Priscilla, menurutnya tren sarung akan bertahan lama di dunia fesyen Nusantara.
"Meski di masa pandemi sarung sedikit redup, tapi pencintanya tetap masih ada. Yaitu mereka yang senang tampil semi formal, atau mereka yang doyan berdandan sedikit kontemporer," tuturnya.
Baca juga: Cerita Kain Pinawetengan, Wastra Nusantara dari Minahasa
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.