Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Angin Duduk, Gangguan Jantung yang Berbeda dengan Masuk Angin

Kompas.com - 03/03/2021, 14:05 WIB
Retia Kartika Dewi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Angin duduk dalam dunia medis dikenal dengan angina pectorisSebagian orang menganggap angin duduk merupakan kondisi masuk angin

Karena dinilai mirip dengan masuk angin, sebagian orang cenderung melakukan cara untuk mengeluarkan angin dalam tubuh, seperti menggosokan tangan sambil bersendawa, kerokan, dan mengonsumsi jamu.

"Gejalanya memang menyerupai masuk angin. Dalam dunia medis, gejala ini disebut angina pectoris. Jadi, angina pectoris bukan suatu penyakit, melainkan gejala dari penyempitan pembuluh darah di jantung," ujar Pakar Jantung dari Perkumpulan Dokter Kardiovaskuler Indonesia (PERKI), dr Santoso Karo Karo MPH, SpJP kepada Kompas.com, (18/10/2016).

Baca juga: Kerokan Bukan Penyebab Angin Duduk, Ini Penjelasannya

Gejala angin duduk

Gejala angin duduk umumnya muncul rasa nyeri di bagian dada. Rasa nyeri tersebut bisa menjalar ke leher lengan dan bahu.

Penderita angin duduk juga bisa merasa berat di bagian dada atau dada terasa seperti diremas-remas.

Melansir Mayo Clinic, penderita angin duduk juga biasanya merasakan gejala berikut ini:

  • Mual
  • Kelelahan
  • Sesak napas
  • Berkeringat
  • Pusing.

Gejala angina pektoris dapat bervariasi antar individu. Dalam kebanyakan kasus, angina pektoris berlangsung sekitar lima menit.

Gejala-gejala tersebut bisa berlangsung secara tiba-tiba hingga menyebabkan serangan jantung.

"Karena dianggap masuk angin, lalu penanganannya dikerok, dioles minyak hangat, dan minum jamu tolak angin. Padahal masalah sebenarnya ada di pembuluh jantung," ungkap Santoso.

Baca juga: Angin Duduk: Penyebab, Gejala, Pengobatan, dan Pencegahan

 

Penyebab angin duduk

Penyebab munculnya gejala angin duduk bisa bermacam-macam. Berikut ini sejumlah hal yang memicu angin duduk, di antaranya:

  • Terpapar suhu yang sangat panas atau dingin
  • Merokok
  • Kelebihan berat badan (obesitas)
  • Memiliki riwayat penyakit jantung
  • Kolesterol
  • Tekanan darah tinggi
  • Diabetes
  • Kurang berolahraga
  • Mengonsumsi alkohol

Baca juga: 10 Penyebab Jantung Koroner yang Perlu Diwaspadai

Pengobatan

Dikutip Kompas.com, (28/2/2020), untuk mengurangi gejala angin duduk, ambil jeda waktu untuk beristirahat dan minumlah obat yang telah diresepkan dokter.

Umumnya, dokter memberikan pengobatan dengan nitrogliserin pada pasien. Obat ini berfunsi untuk mengurangi rasa nyeri pada dada dengan melebarkan pembuluh darah.

Selain nitrogliserin, berikut obat-obatan yang biasa digunakan untuk mengobati gejala angin duduk:

  • Aspirin
  • Trombolitik, untuk melarutkan gumpalan darah
  • Antiplatelet, untuk mencegah penggumpalan keping darah
  • Pengencer darah, seperti heparin
  • Antinyeri, seperti morfin
  • Penghambat reseptor beta, membantu mengurangi kerja otot jantung
  • Penghambat ACE, mengurangi tekanan darah dan stres pada jantung
  • Statin, mengontrol kolesterol.

Baca juga: Angin Duduk, Gangguan Jantung yang Sering Diabaikan

Pencegahan

Mencegah memang selalu lebih baik daripada mengobati. Kita bisa melakukan tindakan pencegahan dengan perubahan gaya hidup seperti berikut ini:

  • Berhenti merokok
  • Memantau kondisi kesehatan, seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan diabetes
  • Mengonsumsi makanan sehat
  • Menjaga berat badan ideal
  • Aktif berolahraga
  • Mengurangi tingkat stres
  • Batasi konsumsi alkohol
  • Tidur yang cukup, yaitu 6-8 jam sehari.

Baca juga: Angin Duduk, Serangan Jantung yang Tak Disadari

(Sumber: Kompas.com/Irawan Sapto Adhi, Michael Metekohu | Editor: Bestari Kumala Dewi, Ariska Puspita Anggraini)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com